******HIDUP ADALAH UNTUK IBADAH ********JADIKAN SELURUH AKTIVITAS HIDUPMU UNTUK MENCAPAI KEBAHAGIAAN DUNIA AKHIRAT *********JALAN YANG LURUS ***********yaitu jalan orang-orang yang telah Allah berikan nikmat, bukan jalan yang dimurkai Allah dan juga bukan jalan yang sesat.

Selasa, 28 Juni 2011


MENCIUM BAU SORGA ( Indahnya Husnul Khotimah )



Seorang Dokter bercerita kepadaku, " Pihak rumah sakit menghubungiku dan memberitahukan bahwa ada seorang pasien dalam keadaaan kritis sedang dirawat. Ketika aku sampai, ternyata pasien tersebut adalah seorang pemuda yang sudah meninggal - semoga Allah merahmatinya -. Lantas bagaimana detail kisah wafatnya. Setiap hari puluhan bahkan ribuan orang meninggal. Namun bagaimana keadaan mereka ketika wafat? Dan bagaimana pula dengan akhir hidupnya?

Pemuda ini terkena peluru nyasar, dengan segera kedua orang tuanya -semoga Allah membalas segala kebaikan mereka- melarikannya ke rumah sakit militer di Riyadh. Di tengah perjalanan, pemuda itu menoleh kepada ibu bapaknya dan sempat berbicara. Tetapi apa yang ia katakan? Apakah ia menjerit dan mengerang sakit? Atau menyuruh agar segera sampai ke rumah sakit? Ataukah ia marah dan jengkel ? Atau apa?

Orang tuanya mengisahkan bahwa anaknya tersebut mengatakan kepada mereka, ‘Jangan khawatir! Saya akan meninggal ... tenanglah ... sesungguhnya aku mencium wangi surga.!' Tidak hanya sampai di sini saja, bahkan ia mengulang-ulang kalimat tersebut di hadapan para dokter yang sedang merawat. Meskipun mereka berusaha berulang-ulang untuk menyelamatkannya, ia berkata kepada mereka, ‘Wahai saudara-saudara, aku akan mati, maka janganlah kalian menyusahkan diri sendiri... karena sekarang aku mencium wangi surga.'

Kemudian ia meminta kedua orang tuanya agar mendekat lalu mencium keduanya dan meminta maaf atas segala kesalahannya. Kemudian ia mengucapkan salam kepada saudara-saudaranya dan mengucapkan dua kalimat syahadat, ‘Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah' Ruhnya melayang kepada Sang Pencipta subhanahu wa ta'ala.

Allahu Akbar ... apa yang harus aku katakan dan apa yang harus aku komentari...Semua kalimat tidak mampu terucap ... dan pena telah kering di tangan... Aku tidak kuasa kecuali hanya mengulang dan mengingat Firman Allah subhanahu wa ta'ala, " Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan akhirat." (Ibrahim : 27)

Ia melanjutkan kisahnya :

"Mereka membawa jenazah pemuda tersebut untuk dimandikan. Maka ia dimandikan oleh saudara Dhiya' di tempat pemandian mayat yang ada di rumah sakit tersebut. Petugas itu melihat beberapa keanehan yang terakhir. Sebagaimana yang telah ia ceritakan sesudah shalat Magrib pada hari yang sama.

1. Ia melihat dahinya berkeringat. Dalam sebuah hadits shahih Rasulullaah Shallallaahu ‘alahi wasallam bersabda, "Sesungguhnya seorang mukmin meninggal dengan dahi berkeringat". Ini merupakan tanda-tanda khusnul khatimah.

2. Ia katakan tangan jenazahnya lunak demikian juga pada persendiannya seakan-akan dia belum mati. Masih mempunyai panas badan yang belum pernah ia jumpai sebelumnya semenjak ia bertugas memandikan mayat. Pada tubuh orang yang sudah meninggal itu (biasanya-red) dingin, kering dan kaku.

3. Telapak tangan kanannya seperti seorang yang membaca tasyahud yang mengacungkan jari telunjuknya mengisyaratkan ketauhidan dan persaksiannya, sementara jari-jari yang lain ia genggam.


Subhanalllah ... Sungguh indah kematian seperti itu. Kita memohon semoga Allah subhanahu wa ta'ala menganugrahkan kita khusnul khatimah.

Sahabat-Sahabat tercinta ... kisah belum selesai...

Saudara Dhiya' bertanya kepada salah seorang pamannya, apa yang ia lakukan semasa hidupnya? Tahukah kita apa jawabnya?

Apakah kita mengira ia menghabiskan malamnya dengan berjalan-jalan di jalan raya atau discotik? Atau duduk di depan layer televisi untuk menyaksikan hal-hal yang terlarang? Atau ia tidur pulas hingga terluput mengerjakan shalat? Atau sedang meneguk khamr, narkoba dan merokok? Menurut kita kira-kira apa yang telah ia kerjakan? Mengapa ia dapatkan husnul khatimah (insyaAllah -red) yang saya yakin bahwa kita semuapun mengidam-ngidamkannya; meninggal dengan mencium wangi surga.

Ayahnya berkata, "Ia selalu bangun dan melaksanakan shalat malam sesanggupnya. Ia juga membangunkan keluarga dan seisi rumah agar dapat melaksanakan shalat Shubuh berjama'ah. Ia gemar menghafal al-Qur'an dan termasuk salah seorang siswa yang berprestasi di SMU."


"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Rabb kami ialah Allah' kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): ‘Janganlah kamu takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.' Kamilah pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari (Rabb) Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Fhushilat:30- 32)


Kisah Husnul Khotimah: Perpisahan Terakhir


*Kisah ini disebutkan dalam bentuk berita di surat kabar Jaridahul Jazirah edisi 10183. Di sini disebutkan sesuai redaksi aslinya.
spirituality_by_muslim_women
Ia seorang wanita sholihah, seorang wanita pendidik yang agung. Ia gemar bersedekah dan amat murah hati. Itu berdasarkan persaksian orang-orang yang dekat dengannya. Namun, selama lima puluh tahun masa hidupnya, ia dalam keadaan bisu.
Suami dan keluarganya sudah terbiasa dengan kondisinya tersebut. Mereka yakin akan takdir dan ketetapan Alloh. Alloh tentu saja memiliki hikmah dalam segala sesuatu yang diatur-Nya dalamkehidupan alam semesta ini. Seorang muslim harus ridho terhadap takdir dan ketetapan Alloh setiap kali ia tertimpa bala atau musibah.
Suatu malam, tidak seperti biasanya, ia bangun lebih cepat, beberapa jam sebelum sholat Shubuh. Ia bangkit dan sholat menghadap Alloh ‘Azza wa Jalla.
Tiba-tiba ia berbicara dengan suara yang terdengar jelas, sehingga sang suami kontan terbangun dari tidurnya saat mendengar suara tersebut.
“Ya Ilahi! Apa yang terjadi? Apakah selama lima puluh tahun ia hanya membisu kini tiba-tiba lidahnya berbicara?”
Ya. ia memang berbicara untuk mengucapkan dua kalimat syahadat dengan bahasa yang jelas dan lugas. Ia berdoa kepada Alloh dengan pasrah, dengan kata-kata yang terdengar jelas.
Si suami menunggu sampai sang istri selesai sholat dengan hati penasaran. Ia ingin bertanya apa yangsebenarnya terjadi. Akan tetapi ia sudah terdahului oleh takdir Alloh. Belum selesai sang istri sholat, Alloh sudah mengambil ruhnya, saat ia masih berada di atas sajadahnya yang empuk.
Ia telah menutup kehidupannya dengan kaliamat tauhid dan do’a. Pernahkah kita mendengar akhir kehidupan yang lebih indah daripada ini?

Kisah Khusnul Khotimah - Pemuda Yang Soleh

“Tetangga saya. Belum ada sebulan tinggal di rumah kontrakan saya. Sini, di gang belakang. Orangnya tinggi besar. Dia tinggal di situ dengan kedua orangtuanya. Kakak-kakaknya tinggal dengan keluarga masing-masing. Jauh dari sini.

Anaknya ramaaah…sekali. Kenal dia belum sebulan, tapi rasanya sudah kenal bertahun-tahun. Setiap saya ada di luar untuk bersih-bersih, dan kebetulan dia lewat, pasti disapa dengan senyum lebarnya. Ternyata sama orangtuanya juga begitu. Pas makan malamnya kemarin, ibunya memasakkan sop dan perkedel kentang. Dan ibunya menemani. Sambil makan, dia nggak pernah lupa ajak ngobrol, ‘mah enak nih perkedelnya. Bikinnya gimana mah?’ ‘Ya, kentang direbus dicampur bumbu.’ ‘Kentangnya berapa banyak mah?’ ‘ Yaaa….sekilo cukup lah’ ‘Kalau nambah, lebih dari sekilo boleh gak mah?’ ‘Ya boleh dong…’ ‘Aku nanti mau ah nyoba buat sendiri, lebih dari sekilo,’ jawab ibunya sambil senyam senyum, paham dengan niat baik anaknya yang ingin menyenangkan ibunya.

Kadang kita kan lupa ya, untuk sekedar basa basi ke orangtua sendiri. Pikiran kita kan, ah sama orangtua aja masak basa basi :)

[Aku pernah nggak ya basa basi seperti itu ke orangtua?]

‘Mah, aku besok mau puasa. Jadi sekalian sekarang buat sahur aja ya mah.’
Hari itu memang dia pulang malam, jam 11an. Makan malamnyapun telat.

Pagi harinya, seperti biasa dia ke masjid. Dan sepulangnya dia langsung masuk kamar. Masih dengan baju sholatnya. Sekitar jam 6,ibunya memanggil-manggil dia, karena tidak biasanya dia terlambat keluar kamar. Kamarnya diketuk-ketuk kok nggak ada jawaban..... Karena nggak ada jawaban, ibunya membuka pintu. Untungnya nggak pas dikunci. Ternyata dilihat anaknya sudah tertidur telentang, dengan mata tertutup dan telapak tangan setengah terbuka. Seperti tertidur biasa. Ibunya manggil-manggil, dengan suara agak keras dan menggoyang2kan badan anaknya,”Dicki...dicki...bangun..nanti terlambat..”

Sadar anaknya kritis, dia keluar rumah sambil memanggil-manggil tetangganya,”Bu...bu...tolong anak saya. Anak saya bu..” Suaminya sendiri sudah sakit yang nggak bisa bangun dari tempat tidur. Akhirnya tetangga berdatangan. Saya sendiri tahu berita itu dari pengumuman masjid, ada yang meninggal. Namanya anu. Tapi saya belum ngeh, karena saya kira tetangga yang lain. Anak saya si Fatih yang teriak teriak, “Mi, itu kan Bang Dicki yang di kontrakan Mi...” Kaget saya, nggak nyangka sama sekali. Orang baru kemarin ngelihat dia lewat depan rumah sambil gotong aqua galonan. Nggak sakit sama sekali.

Saya langsung lari ke rumahnya. Sudah rame di sana. Ibunya masih shock, pingsan. Bapaknya juga. Sementara Dickinya saya lihat masih di posisi semula. Semua tetangga belum ada yang berani nyentuh karena nggak ada keluarga lain di rumah itu. Ya Allah, ini gimana...Saya sebagai pemilik rumah ini mesti tanggung jawab juga kan. Saya celingak celinguk di kamar itu, lihat ada HP di meja. Saya lihat phonebooknya, ada satu nama. Saya ngga tahu ini siapanya Dicki. Saya telepon aja. Ternyata alhamdulillah itu guru ngajinya Dicki. Saya bilang,’Pak, saya tetangganya Dicki. Ini Dicki sudah meninggal, tapi saya nggak punya no.telepon keluarganya jadi saya telepon bapak.’ ‘ Innalillahi,meninggal bu?? Baru tadi malam kami ketemu di pengajian...’

[Deg. Siap nggak ya aku kalau terima kabar serupa?]

Akhirnya saya nemu no.telepon beberapa keluarganya dan teman-temannya. Sambil menunggu mereka datang, kami tetangganya yang ibu-ibu mencoba menghibur ibunya. Menemani. Sementara bapak-bapak mengurus jenazahnya. Akhirnya setelah agak lama, ibunya bisa berkata,”Ya Allaah...saya ikhlaas kalau Dicki diambil lebih dulu.”

Subhaanallah, itu wajah si Dicki saya perhatikan setelah dimandikan yah, senyum lebar, benar lebar.

Selama saya menemani si ibu, saya banyak dapat cerita tentang kebaikan dia. Kesholehan dia.
Ibunya cerita, ‘Dia pernah bilang; aku bersyukuuur sekali dapat kontrakan disini mah. Karena benar-benar bersebelahan dengan masjid. Trus duren sawit kan letaknya tengah-tengah ya mah, dari bekasi tempat mamah kerja lebih dekat, sama tempat kerjaku juga. Dia memang pengen tinggal bareng orangtua, karena dulu dia sempet kos, cuma katanya nggak enak tinggal jauh dari kami.

Setiap ramadhan, dia memang selalu ngajak kita untuk i’tikaf di at tiin. Kan ramadhan besok kita nggak usah jauh-jauh lagi i’tikaf mah, di sini aja. Dekat. Enak kan mah. Memang cita-cita dia dari dulu mau punya tempat tinggal deket masjid.’

Ibunya juga bilang, di tempat kerjanya, dia nggak mau di bagian yang masarin buku ke sekolah-sekolah. Kata dia, seringnya jadi lahan kolusi sama kepsek. Jadi editor di belakang meja aja. Lebih menenangkan.

Kalau di pertemuan-pertemuan keluarga, dia yang paling semangat ngajak sholat begitu adzan kedengaran. Dia bilangnya,’Ah, aku mau nungging dulu ah.’ Dia bangun dari tempat duduknya, terus mulai deh nggeser-geser meja sambil gelar sajadah-sajadah. Kan orang yang lihat otomatis ikutan kan, nggak punya kesempatan atau alasan buat nunda lagi :)

Begitu juga pas saya ketemu guru ngajinya. Cerita beliau, dia juga bacaan qur’annya paling bagus di antara teman-temannya. Subhaanallah...gurunya ternyata orang yang cukup familiar lho di telinga kita-kita yang suka baca T*****i.

Saya ikut nemani keluarganya sampai ke makam, di pondok kopi situ. Mulai dari awal sampai akhir. Pas saya dengan ibunya melihat liang, saya mbatin,”Kok lubangnya kecil bener sih. Tukang galinya belum tahu apa ya, orangnya kan tinggi besar. Tapi liangnya kayaknya nggak akan muat deh. Tapi subhaanallah, ternyata bisa masuk... Bahkan ada lebihnya beberapa jengkal.

Dan ternyata yang tadi mbatin nggak cuma saya. Sepulang dari makam, saya dan keluarganya sempat ngobrol hal yang sama!

Trus, ketika seorang temannya masuk ke liang untuk menaruh jasadnya di tanah, dia benar-benar merasa tidak sedang membopong jenazah seberat 100kg, tapi seperti ringannya orang biasa saja. Ringan...

Bahkan ketika tadi masih di rumah, kalau yang menggotong dua orang saja cukup bu, ringan banget, kata temannya itu. Subhaanallah...

Cerita ini nggak cuma saya ceritakan di sini, tapi juga ke teman-teman saya yang lain. Dan bukan hanya saya, para tetangga disini juga mendapat kesan yang sama. Ibu saya juga menggumam terus,”Ya Allah, si Dicki....anak baik itu...”

Kakaknya sendiri, cerita ke saya, “Saya pernah nyinggung-nyinggung jodoh. Usianya kan sudah cukup untuk nikah [26]. Saya tanya-tanya. Dia bilangnya, iya, insya Allah yang terbaik. Yang terbaik memang sudah dia dapat! Bidadari!

Dia benar-benar dapat apa yang dia inginkan....bidadari.....
Saya ....saya benar-benar berharap kelak anak-anak saya sesholeh dia ya Allah...
Ya Allah, jadikan anak-anak kami anak-anak sholeh, seperti Dicki...
Seperti kata ibunya, “Ya Allah, titipan-Mu itu benar-benar menyenangkan hati kedua orangtuanya. Kau ambil dalam keadaan suci, dan sedang berpuasa. Saya ikhlas melepasnya... ”

[kami semua yang mendengarkan tunduk terpekur, berurai air mata dan mengaminkan doa itu]











Yusuf Mansur Dan Sekuriti POM Bensin (Keajaiban Sedekah)




SEMOGA BERMANFAAT
Banyak yang mau berubah, tapi memilih jalan mundur. Andakah orangnya?

Satu hari saya jalan melintas di satu daerah.. Tetidur di dalam mobil. Saat terbangun, ada tanda pom bensin sebentar lagi. Saya pesen ke supir saya: "Nanti di depan ke kiri ya"."Masih banyak, Pak Ustadz".

Saya paham. Supir saya mengira saya pengen beli bensin. Padahal bukan. Saya pengen pipis.

Begitu berhenti dan keluar dari mobil, ada seorang sekuriti. "PakUstadz!" . Dari jauh ia melambai dan mendekati saya.

Saya menghentikan langkah. Menunggu beliau.

"Pak Ustadz, alhamdulillah nih bisa ketemu Pak Ustadz. Biasanya kan hanya melihat di TV saja…". Saya senyum aja. Ga ke-geeran, insya Allah, he he he.
"Saya ke toilet dulu ya".
"Nanti saya pengen ngobrol boleh Ustadz?"
"Saya buru-buru loh. Tentang apaan sih?"
"Saya bosen jadi satpam Pak Ustadz".

Sejurus kemudian saya sadar, ini Allah pasti yang "berhentiin" saya. Lagi enak-enak tidur di perjalanan, saya terbangun pengen pipis. Eh nemu pom bensin. Akhirnya ketemu sekuriti ini. Berarti barangkali saya kudu bicara dengan dia. Sekuriti ini barangkali "target operasi" dakwah hari ini. Bukan jadwal setelah ini. Begitu pikir saya.

Saya katakan pada sekuriti yang mulia ini, "Ok, ntar habis dari toilet ya".

***
"Jadi, pegimana? Bosen jadi satpam? Emangnya ga gajian?", tanya saya membuka percakapan. Saya mencari warung kopi, untuk bicara-bicara dengan beliau ini. Alhamdulillah ini pom bensin bagus banget. Ada minimart nya yang dilengkapi fasilitas ngopi-ngopi ringan.
"Gaji mah ada Ustadz. Tapi masa gini-gini aja?"
"Gini-gini aja itu, kalo ibadahnya gitu-gitu aja, ya emang udah begitu. Distel kayak apa juga, agak susah buat ngerubahnya" .
"Wah, ustadz langsung nembak aja nih".

Saya meminta maaf kepada sekuriti ini umpama ada perkataan saya yang salah. Tapi umumnya begitu lah manusia. Rizki mah mau banyak, tapi sama Allah ga mau mendekat. Rizki mah mau nambah, tapi ibadah dari dulu ya begitu-begitu saja.
"Udah shalat ashar?"
"Barusan Pak Ustadz. Soalnya kita kan tugas. Tugas juga kan ibadah, iya ga? Ya saya pikir sama saja".
"Oh, jadi ga apa-apa telat ya? Karena situ pikir kerja situ adalah juga ibadah?"
Sekuriti itu senyum aja.

Disebut jujur mengatakan itu, bisa ya bisa tidak. Artinya, sekuriti itu bisa benar-benar menganggap kerjaannya ibadah, tapi bisa juga ga. Cuma sebatas omongan doangan. Lagian, kalo nganggap kerjaan-kerjaan kita ibadah, apa yang kita lakukan di dunia ini juga ibadah, kalau kita niatkan sebagai ibadah. Tapi, itu ada syaratnya. Apa syaratnya? Yakni kalau ibadah wajibnya, tetap nomor satu. Kalau ibadah wajibnya nomor tujuh belas, ya disebut bohong dah tuh kerjaan adalah ibadah. Misalnya lagi, kita niatkan usaha kita sebagai ibadah, boleh ga? Bagus malah. Bukan hanya boleh. Tapi kemudian kita menerima tamu sementara Allah datang. Artinya kita menerima tamu pas waktu shalat datang, dan kemudian kita abaikan shalat, kita abaikan Allah, maka yang demikian masihkah pantas disebut usaha kita adalah ibadah? Apalagi kalau kemudian hasil kerjaan dan hasil usaha, buat Allah nya lebih sedikit ketimbang buat kebutuhan-kebutuhan kita. Kayaknya perlu dipikirin lagi tuh sebutan-sebutan ibadah.

"Disebut barusan itu maksudnya jam setengah limaan ya? Saya kan baru jam 5 nih masuk ke pom bensin ini", saya mengejar.
"Ya, kurang lebih dah".
Saya mengingat diri saya dulu yang dikoreksi oleh seorang faqih, seorang 'alim, bahwa shalat itu kudu tepat waktu. Di awal waktu. Tiada disebut perhatian sama Yang Memberi Rizki bila shalatnya tidak tepat waktu. Aqimish shalaata lidzikrii, dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku. Lalu, kita bersantai-santai dalam mendirikan shalat. Entar-entaran. Itu kan jadi sama saja dengan mengentar-entarkan mengingat Allah. Maka lalu saya ingatkan sekuriti yang entahlah saya merasa he is the man yang Allah sedang berkenan mengubahnya dengan mempertemukan dia dengan saya.

"Gini ya Kang. Kalo situ shalatnya jam setengah lima, memang untuk mengejar ketertinggalan dunia saja, jauh tuh. Butuh perjalanan satu setengah jam andai ashar ini kayak sekarang, jam tiga kurang dikit. Bila dalam sehari semalam kita shalat telat terus, dan kemudian dikalikan sejak akil baligh, sejak diwajibkan shalat, kita telat terus, maka berapa jarak ketertinggalan kita tuh? 5x satu setengah jam, lalu dikali sekian hari dalam sebulan, dan sekian bulan dalam setahun, dan dikali lagi sekian tahun kita telat. Itu baru telat saja, belum kalo ketinggalan atau kelupaan, atau yang lebih bahayanya lagi kalau bener-benar lewat tuh shalat? Wuah, makin jauh saja mestinya kita dari senang".

Saudara-saudaraku Peserta KuliahOnline, percakapan ini kurang lebih begitu. Mudah-mudahan sekuriti ini paham apa yang saya omongin. Dari raut mukanya, nampaknya ia paham. Mudah-mudahan demikian juga saudara-saudara ya? He he he. Belagu ya saya? Masa omongan cetek begini kudu nanya paham apa engga sama lawan bicara?

Saya katakan pada dia. Jika dia alumni SMU, yang selama ini telat shalatnya, maka kawan-kawan selitingnya mah udah di mana, dia masih seperti diam di tempat. Bila seseorang membuka usaha, lalu ada lagi yang buka usaha, sementara yang satu usahanya maju, dan yang lainnya sempit usahanya, bisa jadi sebab ibadah yang satu itu bagus sedang yang lain tidak.

Dan saya mengingatkan kepada peserta KuliahOnline untuk tidak menggunakan mata telanjang untuk mengukur kenapa si Fulan tidak shalat, dan cenderung jahat lalu hidupnya seperti penuh berkah? Sedang si Fulan yang satu yang rajin shalat dan banyak kebaikannya, lalu hidupnya susah. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanya an seperti ini cukup kompleks. Tapi bisa diurai satu satu dengan bahasa-bahasa kita, bahasa-bahasa kehidupan yang cair dan dekat dengan fakta. Insya Allah ada waktunya pembahasan yang demikian.

Kembali kepada si sekuriti, saya tanya, "Terus, mau berubah?"
"Mau Pak Ustadz. Ngapain juga coba saya kejar Pak Ustadz nih, kalo ga serius?"
"Ya udah, deketin Allah dah. Ngebut ke Allah nya".
"Ngebut gimana?"
"Satu, benahin shalatnya. Jangan setengah lima-an lagi shalat asharnya. Pantangan telat. Buru tuh rizki dengan kita yang datang menjemput Allah. Jangan sampe keduluan Allah".

Si sekuriti mengaku mengerti, bahwa maksudnya, sebelum azan udah standby di atas sajadah. Kita ini pengen rizkinya Allah, tapi ga kenal sama Yang Bagi-bagiin rizki. Contohnya ya pekerja-pekerja di tanah air ini.. Kan aneh. Dia pada kerja supaya dapat gaji. Dan gaji itu rizki. Tapi giliran Allah memanggil, sedang Allah lah Tuhan yang sejatinya menjadikan seseorang bekerja, malah kelakuannya seperti ga menghargai Allah. Nemuin klien, rapih, wangi, dan persiapannya masya Allah. Eh, giliran ketemu Allah, amit-amit pakaiannya, ga ada persiapan, dan tidak segan-segan menunjukkan wajah dan fisik lelahnya. Ini namanya ga kenal sama Allah.

"Yang kedua," saya teruskan. "Yang kedua, keluarin sedekahnya".

Saya inget betul. Sekuriti itu tertawa. "Pak Ustadz, pegimana mau sedekah, hari gini aja nih, udah pada habis belanjaan. Hutang di warung juga terpaksa dibuka lagi,. Alias udah mulai ngambil dulu bayar belakangan".
"Ah, ente nya aja kali yang kebanyakan beban. Emang gajinya berapa?"
"Satu koma tujuh, Pak ustadz".
"Wuah, itu mah gede banget. Maaf ya, untuk ukuran sekuriti, yang orang sering sebut orang kecil, itu udah gede".
"Yah, pan kudu bayar motor, bayar kontrakan, bayar susu anak, bayar ini bayar itu. Emang ga cukup Pak ustadz".
"Itu kerja bisa gede, emang udah lama kerjanya?"
"Kerjanya sih udah tujuh taon. Tapi gede gaji bukan karena udah lama kerjanya. Saya ini kerjanya pagi siang sore malem, ustadz".
"Koq bisa?"
"Ya, sebab saya tinggal di mess. Jadi dihitung sama bos pegimana gitu sampe ketemu angka 1,7jt".
"Terus, kenapa masih kurang?"
"Ya itu, sebab saya punya tanggungan banyak".
"Secara dunianya, lepas aja itu tanggungan. Kayak motor. Ngapain juga ente kredit motor? Kan ga perlu?"
"Pengen kayak orang-orang Pak Ustadz".
"Ya susah kalo begitu mah. Pengen kayak orang-orang, motornya. Bukan ilmu dan ibadahnya. Bukan cara dan kebaikannya. Repot".
Sekuriti ini nyengir. Emang ini motor kalo dilepas, dia punya 900 ribu. Rupanya angsuran motornya itu 900 ribu. Ga jelas tuh darimana dia nutupin kebutuhan dia yang lain. Kontrakan saja sudah 450 ribu sama air dan listrik. Kalo ngelihat keuangan model begini, ya nombok dah jadinya.

"Ya udah, udah keterlanjuran ya? Ok. Shalatnya gimana? Mau diubah?"
"Mau Ustadz. Saya benahin dah".
"Bareng sama istri ya. Ajak dia. Jangan sendirian. Ibarat sendal, lakukan berdua. Makin cakep kalo anak-anak juga dikerahin.. Ikutan semuanya ngebenahin shalat".
"Siap ustadz".
"Tapi sedekahnya tetap kudu loh".
"Yah Ustadz. Kan saya udah bilang, ga ada".
"Sedekahin aja motornya. Kalo engga apa keq".
"Jangan Ustadz. Saya sayang-sayang ini motor. Susah lagi belinya. Tabungan juga ga ada. Emas juga ga punya".
Sekuriti ini berpikir, saya kehabisan akal untuk nembak dia. Tapi saya akan cari terus. Sebab tanggung. Kalo dia hanya betulin shalatnya saja, tapi sedekahnya tetap ga keluar, lama keajaiban itu akan muncul. Setidaknya menurut ilmu yang saya dapat. Kecuali Allah berkehendak lain. Ya lain soal itu mah.

Sebentar kemudian saya bilang sama ini sekuriti, "Kang, kalo saya unjukin bahwa situ bisa sedekah, yang besar lagi sedekahnya, situ mau percaya?". Si sekuriti mengangguk. "Ok, kalo sudah saya tunjukkan, mau ngejalanin?" . Sekuriti ini ngangguk lagi. "Selama saya bisa, saya akan jalanin," katanya, manteb.

"Gajian bulan depan masih ada ga?"
"Masih. Kan belum bisa diambil?"
"Bisa. Dicoba dulu".
"Entar bulan depan saya hidup pegimana?"
"Yakin ga sama Allah?"
"Yakin".
"Ya kalo yakin, titik. Jangan koma. Jangan pake kalau".
Sekuriti ini saya bimbing untuk kasbon. Untuk sedekah. Sedapetnya. Tapi usahakan semua. Supaya bisa signifikan besaran sedekahnya. Sehingga perubahannya berasa. Dia janji akan ngebenahin mati-matian shalatnya. Termasuk dia akan polin shalat taubatnya, shalat hajatnya, shalat dhuha dan tahajjudnya. Dia juga janji akan rajinin di waktu senggang untuk baca al Qur'an. Perasaan udah lama banget dia emang ga lari kepada Allah. Shalat Jum'at aja nunggu komat, sebab dia sekuriti. Wah, susah dah. Dan itu dia aminin. Itulah barangkali yang sudah membuat Allah mengunci mati dirinya hanya menjadi sekuriti sekian tahun, padahal dia Sarjana Akuntansi!
Ya, rupanya dia ini Sarjana Akuntansi. Pantesan juga dia ga betah dengan posisinya sebagai sekuriti. Ga kena di hati. Ga sesuai sama rencana. Tapi ya begitu dah hidup.. Apa boleh buta, eh, apa boleh buat. Yang penting kerja dan ada gajinya.

Bagi saya sendiri, ga mengapa punya banyak keinginan. Asal keinginan itu keinginan yang diperbolehkan, masih dalam batas-batas wajar. Dan ga apa-apa juga memimpikan sesuatu yang belom kesampaian sama kita. Asal apa? Asal kita barengin dengan peningkatan ibadah kita. Kayak sekarang ini, biarin aja harga barang pada naik. Ga usah kuatir. Ancem aja diri, agar mau menambah ibadah-ibadahnya. Jangan malah berleha-leha. Akhirnya hidup kemakan dengan tingginya harga,. Ga kebagian.

***

Sekuriti ini kemudian maju ke atasannya, mau kasbon. Ketika ditanya buat apa? Dia nyengir ga jawab. Tapi ketika ditanya berapa? Dia jawab, Pol. Satu koma tujuh. Semuanya.
"Mana bisa?" kata komandannya.
"Ya Pak, saya kan ga pernah kasbon. Ga pernah berani. Baru ini saya berani".
Komandannya terus mengejar, buat apa? Akhirnya mau ga mau sekuriti ini jawab dengan menceritakan pertemuannya dengan saya.
Singkat cerita, sekuriti ini direkomendasikan untuk ketemu langsung sama ownernya ini pom bensin.. Katanya, kalau pake jalur formal, dapet kasbonan 30% aja belum tentu lolos cepet. Alhamdulillah, bos besarnya menyetujui. Sebab komandannya ini ikutan merayu, "Buat sedekah katanya Pak", begitu kata komandannya.
Subhaanallaah, satu pom bensin itu menyaksikan perubahan ini. Sebab cerita si sekuriti ini sama komandannya, yang merupakan kisah pertemuannya dengan saya, menjadi kisah yang dinanti the end story nya. Termasuk dinanti oleh bos nya.

"Kita coba lihat, berubah ga tuh si sekuriti nasibnya", begitu lah pemikiran kawan-kawannya yang tahu bahwa si sekuriti ini ingin berubah bersama Allah melalui jalan shalat dan sedekah.
Hari demi hari, sekuriti ini dilihat sama kawan-kawannya rajin betul shalatnya. Tepat waktu terus. Dan lumayan istiqamah ibadah-ibadah sunnahnya. Bos nya yang mengetahui hal ini, senang. Sebab tempat kerjanya jadi barokah dengan adanya orang yang mendadak jadi saleh begini. Apalagi kenyataannya si sekuriti ga mengurangi kedisiplinan kerjaannya.. Malah tambah cerah muka nya.
Sekuriti ini mengaku dia cerah, sebab dia menunggu janjinya Allah. Dan dia tahu janji Allah pastilah datang. Begitu katanya, menantang ledekan kawan-kawannya yang pada mau ikutan rajin shalat dan sedekah, asal dengan catatan dia berhasil dulu.

Saya ketawa mendengar dan menuliskan kembali kisah ini. Bukan apa-apa, saya demen ama yang begini. Sebab insya Allah, pasti Allah tidak akan tinggal diam. Dan barangkali akan betul-betul mempercepat perubahan nasib si sekuriti. Supaya benar-benar menjadi tambahan uswatun hasanah bagi yang belum punya iman. Dan saya pun tersenyum dengan keadaan ini, sebab Allah pasti tidak akan mempermalukannya juga, sebagaimana Allah tidak akan mempermalukan si sekuriti.

Suatu hari bos nya pernah berkata, "Kita lihatin nih dia. Kalo dia ga kasbon saja, berarti dia berhasil. Tapi kalo dia kasbon, maka kelihatannya dia gagal. Sebab buat apa sedekah 1 bulan gaji di depan yang diambil di muka, kalau kemudian kas bon. Percuma".
Tapi subhaanallah, sampe akhir bulan berikutnya, si sekuriti ini ga kasbon.
Berhasil kah?

Tunggu dulu. Kawan-kawannya ini ga melihat motor besarnya lagi. Jadi, tidak kasbonnya dia ini, sebab kata mereka barangkali aman sebab jual motor. Bukan dari keajaiban mendekati Allah.
Saatnya ngumpul dengan si bos, ditanyalah si sekuriti ini sesuatu urusan yang sesungguhnya adalah rahasia dirinya.
"Bener nih, ga kasbon? Udah akhir bulan loh. Yang lain bakalan gajian. Sedang situ kan udah diambil bulan kemaren".

Sekuriti ini bilang tadinya sih dia udah siap-siap emang mau kasbon kalo ampe pertengahan bulan ini ga ada tanda-tanda. Tapi kemudian cerita si sekuriti ini benar-benar bikin bengong orang pada.

Sebab apa? Sebab kata si sekuriti, pasca dia benahin shalatnya, dan dia sedekah besar yang belum pernah dia lakukan seumur hidupnya, yakni hidupnya di bulan depan yang dia pertaruhkan, trjadi keajaiban. Di kampung, ada transaksi tanah, yang melibatkan dirinya. Padahal dirinya ga trlibat secara fisik. Sekedar memediasi saja lewat sms ke pembeli dan penjual. Katanya, dari transaksi ini, Allah persis mengganti 10x lipat. Bahkan lebih. Dia sedekah 1,7jt gajinya. Tapi Allah mengaruniainya komisi penjualan tanah di kampungnya sebesar 17,5jt. Dan itu trjadi begitu cepat. Sampe-sampe bulan kemaren juga belum selesai. Masih tanggalan bulan kemaren, belum berganti bulan.

Kata si sekuriti, sadar kekuatannya ampe kayak gitu, akhirnya dia malu sama Allah. Motornya yang selama ini dia sayang-sayang, dia jual! Uangnya melek-melek buat sedekah. Tuh motor dia pake buat ngeberangkatin satu-satunya ibunya yang masih hidup. Subhaanallaah kan? Itu jual motor, kurang. Sebab itu motor dijual cepat harganya ga nyampe 13 juta. Tapi dia tambahin 12 juta dari 17jt uang cash yang dia punya. Sehingga ibunya punya 25 juta. Tambahannya dari simpenan ibunya sendiri.

Si sekuriti masih bercerita, bahwa dia merasa aman dengan uang 5 juta lebihan transaksi. Dan dia merasa ga perlu lagi motor. Dengan uang ini, ia aman. Ga perlu kasbon.

Mendadak si bos itu yang kagum. Dia lalu kumpulin semua karyawannya, dan menyuruh si sekuriti ini bercerita tentang keberkahan yang dilaluinya selama 1 bulan setengah ini.
Apakah cukup sampe di situ perubahan yang trjadi pada diri si sekuriti?
Engga. Si sekuriti ini kemudian diketahui oleh owner pom bensin tersebut sebagai sarjana S1 Akuntansi. Lalu
dia dimutasi di perusahaan si owner yang lain, dan dijadikan staff keuangan di sana. Masya Allah, masya Allah, masya Allah. Berubah, berubah, berubah.

Saudara-saudaraku sekalian.. Cerita ini bukan sekedar cerita tentang Keajaiban Sedekah dan Shalat saja. Tapi soal tauhid. soal keyakinan dan iman seseorang kepada Allah, Tuhannya. Tauhid, keyakinan, dan imannya ini bekerja menggerakkan dia hingga mampu berbuat sesuatu. Tauhid yang menggerakkan! Begitu saya mengistilahkan. Sekuriti ini mengenal Allah. Dan dia baru sedikit mengenal Allah. Tapi lihatlah, ilmu yang sedikit ini dipake sama dia, dan diyakini. Akhirnya? Jadi! Bekerja penuh buat perubahan dirinya, buat perubahan hidupnya.

Subhaanallaah, masya Allah.

Dan lihat juga cerita ini, seribu kali si sekuriti ini berhasil keluar sebagai pemenang, siapa kemudian yang mengikuti cerita ini? Kayaknya kawan-kawan sepom bensinnya pun belum tentu ada yang mengikuti jejak suksesnya si sekuriti ini. Barangkali cerita ini akan lebih dikenang sebagai sebuah cerita manis saja. Setelah itu, kembali lagi pada rutinitas dunia. Yah, barangkali tidak semua ditakdirkan menjadi manusia-manusia pembelajar.

Pertanyaan ini juga layak juga diajukan kepada Peserta KuliahOnline yang saat ini mengikuti esai ini? Apa yang ada di benak Saudara? Biasa sajakah? Atau mau bertanya, siapa sekuriti ini yang dimaksud? Di mana pom bensinnya? Bisa kah kita bertemu dengan orang aslinya? Berdoa saja. Sebab kenyataannya juga buat saya tidak gampang menghadirkan testimoni aslinya. Semua orang punya prinsip hidup yang berbeda. Di antara semua peserta KuliahOnline saja ada yang insya Allah saya yakin mengalami keajaiban-keajaiban dalam hidup ini. Sebagiannya memilih diam saja, dan sebagiannya lagi memilih menceritakan ini kepada satu dua orang saja, dan hanya orang-orang tertentu saja yang memilih untuk benar-benar terbuka untuk dicontoh. Dan memang bukan apa-apa, ketika sudah dipublish, memang tidak gampang buat seseorang menempatkan dirinya untuk menjadi contoh.
Yang lebih penting buat kita sekarang ini, bagaimana kemudian kisah ini mengisnpirasikan kita semua untuk kemudian sama-sama mencontoh saja kisah ini. Kita ngebut sengebut2nya menuju Allah.
"Dan pada sebagian malam bertahajjudlah dengannya sebagai tambahan bagimu.Mudah- mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji". (Al Isra': 79)






Kisah Nenek Meninggal Husnul Khatimah Dg Terakhir Membaca Surah Yasin


Membasahi bibir dg Dzikir......selaras dg amal perbuatan......Hablumminalloh & Hablumminannas...........
Rutinitas Mba Hindun setiap hari tanpa alfa atau ijin bolos.... Walaupun badan tlh renta dan hanya bisa duduk dlm sholatnya..... Namun semangatnya patut d beri acungan jempol....

Malam beliau bangun u tahajud...... Tidur sebentar lalu bangun sholat qobliyah & subuh..... Di lanjutkan dg dzikir,berdo'a & mengaji....... Hingga pukul 09.00 WIB tiba ...... Beliau lanjutkan dg Sholat Duha lalu beristirahat.......

Waktu dzuhur beliau kembali sholat.... Begitupun waktu 'ashar.....

Di waktu magrib pun sholat hingga sholat isya tiba..... Antara waktu itu beliau gunakan u mengaji, berdzikir & berdo'a.....

Itulah agenda harian mbah Hindun .....hingga saat skaratul maut menjemput.....

"Nur....rumahnya bersihkan & rapikan...kamar madinya jg......nanti sore akan ada tamu...." kata mbah Hindun kpd anaknya yg no.2, saat beliau sedang sakit parah. "Gus....bacain mbah surat yasin.....pelan2 jg buru2....." pinta mbah Hindun kepada cucu tersayangnya. Dengan segera cucu tersayang yaitu Mas Agus membacakannya......

Subhanalloh....mbah Hindun begitu lancar mengikuti ayat demi ayat hingga berulang sampai tiga kali..... Setelah itu tepat ba'da 'ashar dan mbah Hindun sdh melaksanakan sholat 'asarnya ..... Innalillahiwainnailaihiroji'un.......Mbah Hindun pulang keharibaan Illahi robbi dg meninggalkan tanda2 husnul khotimah.......

Tamu yg datang yg d maksudkan mbah Hindun pd sore hr itu adalah malaikat Izroil yaitu malaikat pencabut nyawa....... Datang u menjemput beliau......

Kebiasaan dlm kehidupan sehari2....itulah yg akan menjadi penghantar atau jembatan kita saat berjumpa dg malaikat Izroil.... Kebiasaannya mengaji.....waktu sakarotul maut tiba ayat2 suci Alqur'an jua lah yg kan menghantarkan kita tuk berjumpa dg malaikat Izroil...... Subhanalloh...barokalloh....

Semoga kita semua mampu mengisi hari2 ini dg kebaikkan penuh kerido'an & keberkahan NYA agar kebaikkan itu jg yg kan menghantarkan kita kelak saat bertemu dg Malaikat Izroil......... Tuk kembali ke tempat yg paling sejatinya, yg benar2 di sebut kehidupan.... Yaitu akhiratnya Illahi Robbi....amin....

Menjalankan perintahNYA & menjauhi larangn NYA

Salam Dzikir y......semoga dpt d ambil hikmahnya bg kita semua.......amin....^_^


Wassalam....






Kisah Meninggalnya Ahli Zikir dg Wajah Yg Bercahaya


Orang-orang yg meninggal dalam keadaan husnul khatimah adalah orang-orang yg selama hidupnya mempunyai kebiasaan mendekatkan diri kpd Allah,SWT atau mempunyai kebiasaan baik menolong orang lain yg sedang mengalami kesulitan. Dan juga selalu berusaha menjauhi kebiasaan-kebiasaan yg membuat ia jauh dari Allah,SWT seperti kumpul-kumpul di jalan, warung, tempat-tempat hiburan dll yg membicarakan hal yg sia-sia seperti membicarakan aib orang lain.

Contohnya Pak Ahmad (nama samaran red), setiap habis maghrib s/d isya ia selalu menghabiskan waktunya utk berzikir memuji asma Allah,SWT di masjid dekat rumahnya, ia tdk mau berkumpul di warung kopi dg teman-temannya yg membicarakan hal-hal yg sia-sia. Dan ia baru mau berkumpul setelah shalat isya dan itupun utk membicarakan permasalahan warga di kampungnya bukan utk membicarakan aib orang lain atau hal yg sia-sia lainnya.

Hal itu Pak Ahmad lakukan s/d menjelang akhir hayatnya, tapi ada tetangganya yg mencibir kebiasaan berzikir sehabis maghrib tsb dg mengatakan, “ Berzikir terus, tapi tetap miskin tdk kaya-kaya.”

Tapi Pak Ahmad tdk marah dan tetap bersabar dan berkata kpd istrinya, “ Sabar ibu, harta dalam kehidupan kita ini hanya sarana bukan hal yg utama yg paling penting dalam hidup ini adalah ibadah mendekatkan diri kpd Allah,SWT.”

Suatu hari Pak Ahmad menderita sakit paru-paru yg parah karena usia yg sdh cukup tua sekitar 60an , lalu dan dibawa ke RS, namun karena di RS tdk ada kemajuan lalau oleh keluarganya dibawa pulang. Sesampainya di rumah Pak Ahmad mendadak ajaib kondisinya semakin membaik. Dan mulai makan banyak, setelah itu ia tertidur sangat tenang tdk seperti biasanya .

Tidak lama kemudian karena kahwatir istrinya melihat suaminya lalu mengajak anak-anaknya membaca yasin dan mulai membimbing suaminya membaca kalimat “Laa ilaa ha illaAllah” berulang-ulang dan Pak Ahmad pun mampu mengikutinya s.d menghembuskan nafasnya yg terakhir.

Banyak tetangganya dan warga kampong yg takjub melihar jenazah Pak Ahmad yg terlihat jauh lebih muda dari usianya yg sudah 60 th an dan wajahnya juga bercahaya (berseri-seri). Dan berkata mungkin ini karena kebiasaan Pak Ahmad yg rajin berzikir memuji asma Allah,SWT.

Semoga kita bisa mengikuti Pak Ahmad dan saudara-saudara kita yg lainnya yg rajin berzikir kpd Allah,SWT dan meninggal dalam keadaan husnul khatimah…Amiiiin Ya Rabb


Wallahua’lam
Salam





sumber:  http://www.facebook.com/note.php?note_id=154282247937260 

Memberi Makan Pengemis Mendapatkan Rezeki Tidak Terduga








Saya mempunyai seorang teman yg sangat baik, namanya Pak Pipit (nama samaran red) . Ia selalu membantu teman-temannya bahkan orang lain yg sedang mengalami kesulitan kalau memang ia mampu melakukannya. Kebiasaan suka membantu orang lain inilah yg membuat ia selalu mendapatkan rezeki yg tdk terduga sebelumnya. Seperti pada saat kejadian di terminal Blok M.

Pada kira-kira tahun 96 an, Pak Pipit sedang pulang kerja menunggu bus di terminal Blok M, tiba-tba ada seorang pengemis tua yg meminta makan kpd nya karena sudah lapar sekali. Lalu Pak Pipit melihat uangnya setelah dikurangi ongkos bus , tinggal Rp.1.000 rupiah dan Pak Pipit langsung membelikan nasi bungkus di warung nasi dg lauk tahu tempe. (waktu itu uang Rp.1.000,- masih dapat red).

Oleh pengemis tua , nasi bungkus tsb langsung dg cepat dilahapnya sampai habis , sampai berceceran., terlihat ia sedang lapar sekali. Setalah itu pak pipit meninggalkannya. Sesaat kemudian masih di dalam kompleks terminal Blok M pak pipit bertemu dg sahabat lamanya yg sudah lama tidak berjumpa. Dan ternyata memang sahabatnya tsb sudah lama mencarinya dan ingin membayar hutang yg jumlahnya waktu itu cukup besar .

Alangkah senangnya pak pipit menerima uang dari sahabatnya tsb karena memang ia sudah tdk punya uang lagi. Saking senangnya pak pipit segera menuju tempat pengemis tua tadi makan, dg maksud ingin memberikan sebagian uang baru diterimanya tsb.

Dan pak pipit kaget melihat pengemis tua tsb sudah tdk ada lagi dan ceceran nasi yg dimakannya juga ikut tidk ada. (Ia hanya membatin jangan-jangan Malaikat, Wallahua’lam).

Saudaraku , Allah,SWT telah memerintahkan kita utk memperhatikan dan memberi makan kpd para faqir miskin dan kalau kita mentaati perintah-Nya tsb kita akan dibukakan pintu-pintu rezeki utk kita dari arah yg tdk disangkan-sangka..






sumber: http://www.facebook.com/note.php?note_id=154993224532829

Kisah Keadilan Alloh SWT Terhadap Orang Yang Zalim


Al-Kisah dahulu di salah satu negara timur tengah yg sedang dalam penjajahan Negara Barat , hiduplah seorang polisi berpangkat kolonel. Kolonel ini sangat kejam kpd siapa saja yg tidak mau mengikuti keinginan sang penjajah. Ia tidak segan-segan menyiksa siapa saja dg berbagai macam siksaan agar sang penjajah senang, termasuk orang-orang shaleh yg tidak bersalah sekalipun.

Namun Allah,SWT Maha Adil , setelah para atasannya yaitu penjajah barat tsb pergi dari negaranya, ia dibenci oleh rakyat negaranya bahkan keluarganya. Sampai akhirnya suatu ketika ia menderita berbagai macam penyakit seperti darah tinggi, diabetes, penyempitan pembuluh darah, keracunan darah , liver dll.

Di rumah sakit Kolonel ini pada siang hari tdk bisa tidur , pada malam hari ia menjerit kesakitan dan berteriak memanggil perawat laki-laki atau perawat wanita, setelah perawat datang ia tdk minta apa-apa hanya minta ditemani hingga matahari terbit. Itulah yg ia alami setiap malam selama berbulan-bulan menuju gerbang kematian (sakaratul maut) dg sangat sulit sekali.

Dulu ia sering menyiksa orang lain yg tdk bersalah pada malam hari kini ia oleh Allah disiksa juga pada malam hari. Kolonet ini menangis tersedu-sedu memori ingatannya masih kuat sehingga masih bisa menceritakan kisahnya ini kpd salah seorang yg mengunjunginya. Dan ia berkata :” Apa yg aku derita sekarang adalah hukuman dari Allah,SWT. sebab dulu aku menyeret banyak orang-orang yg tdk bersalah ke pengadilan dan juga menyiksa orang-orang yg sholeh karena ingin sekali menyenangkan sang penjajah barat.”

Allah,SWT membiarkan ingatannya dan hatinya berdenyut agar ia merasakan siksa dunia, tapi siksa akhirat itu lebih menyakitkan dan pedih. Nau’zubillah

Disadur dari buku : “ Adalatu As-Sama / Keadilan Langit karya Staf Jendral Mahmud Syit Khithab

Wallahua’alam
Salam







Inilah Sebab-Sebab Su'ul Khatimah



Kematian, salah satu rahasia ilmu ghaib yang hanya diketahui oleh Allah ta’ala. Allah telah menetapkan setiap jiwa pasti akan merasakannya. Kematian tidak pandang bulu. Apabila sudah tiba saatnya, malaikat pencabut nyawa akan segera menunaikan tugasnya. Dia tidak mau menerima pengunduran jadwal, barang sedetik sekalipun. Karena bukanlah sifat malaikat seperti manusia, yang zalim dan jahil.

Manusia tenggelam dalam seribu satu kesenangan dunia, sementara ia lalai mempersiapkan diri menyambut akhiratnya. Berbeda dengan para malaikat yang senantiasa patuh dan mengerjakan perintah Tuhannya. Duhai, tidakkah manusia sadar. Seandainya dia tahu apa isi neraka saat ini juga pasti dia akan menangis, menangis dan menangis. SubhanAllah, adakah orang yang tidak merasa takut dari neraka. Sebuah tempat penuh siksa. Sebuah negeri kengerian dan jeritan manusia-manusia durhaka. Neraka ada di hadapan kita, dengan apakah kita akan membentengi diri darinya ? Apakah dengan menumpuk kesalahan dan dosa, hari demi hari, malam demi malam, sehingga membuat hati semakin menjadi hitam legam ? Apakah kita tidak ingat ketika itu kita berbuat dosa, lalu sesudahnya kita melakukannya, kemudian sesudahnya kita melakukannya ? Sampai kapan engkau jera ?

Sebab-sebab su’ul khatimah

Saudaraku seiman mudah -mudahan Allah memberikan taufik kepada Anda- ketahuilah bahwa su’ul khatimah tidak akan terjadi pada diri orang yang shalih secara lahir dan batin di hadapan Allah. Terhadap orang-orang yang jujur dalam ucapan dan perbuatannya, tidak pernah terdengar cerita bahwa mereka su’ul khotimah. Su’ul khotimah hanya terjadi pada orang yang rusak batinnya, rusak keyakinannya, serta rusak amalan lahiriahnya; yakni terhadap orang-orang yang nekat melakukan dosa-dosa besar dan berani melakukan perbuatan-perbuatan maksiat. Kemungkinan semua dosa itu demikian mendominasi dirinya sehingga ia meninggal saat melakukannya, sebelum sempat bertaubat dengan sungguh-sungguh.

Perlu diketahui bahwa su’ul khotimah memiliki berbagai sebab yang banyak jumlahnya. Di antaranya yang terpokok adalah sebagai berikut :
Berbuat syirik kepada Allah ‘azza wa jalla. Pada hakikatnya syirik adalah ketergantungan hati kepada selain Allah dalam bentuk rasa cinta, rasa takut, pengharapan, do’a, tawakal, inabah (taubat) dan lain-lain.
Berbuat bid’ah dalam melaksanakan agama. Bid’ah adalah menciptakan hal baru yang tidak ada tuntunannya dari Allah dan Rasul-Nya. Penganut bid’ah tidak akan mendapat taufik untuk memperoleh husnul khatimah, terutama penganut bid’ah yang sudah mendapatkan peringatan dan nasehat atas kebid’ahannya. Semoga Allah memelihara diri kita dari kehinaan itu.
Terus menerus berbuat maksiat dengan menganggap remeh dan sepele perbuatan-perbuatan maksiat tersebut, terutama dosa-dosa besar. Pelakunya akan mendapatkan kehinaan di saat mati, disamping setan pun semakin memperhina dirinya. Dua kehinaan akan ia dapatkan sekaligus dan ditambah lemahnya iman, akhirnya ia mengalami su’ul khotimah.
Melecehkan agama dan ahli agama dari kalangan ulama, da’i, dan orang-orang shalih serta ringan tangan dan lidah dalam mencaci dan menyakiti mereka.
Lalai terhadap Allah dan selalu merasa aman dari siksa Allah. Allah berfirman yang artinya,“Apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga). Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi” (QS. Al A’raaf [7] : 99)
Berbuat zalim. Kezaliman memang ladang kenikmatan namun berakibat menakutkan. Orang-orang yang zalim adalah orang-orang yang paling layak meninggal dalam keadaan su’ul khotimah. Allah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim” (QS. Al An’aam [6] : 44)
Berteman dengan orang-orang jahat. Allah berfirman yang artinya, “(Ingatlah) hari ketika orang yang zalim itu menggigit dua tangannya, seraya berkata, “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan yang lurus bersama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku dulu tidak menjadikan si fulan sebagai teman akrabku” (QS. Al Furqaan [25] : 27-28)
Bersikap ujub. Sikap ujub pada hakikatnya adalah sikap seseorang yang merasa bangga dengan amal perbuatannya sendiri serta menganggap rendah perbuatan orang lain, bahkan bersikap sombong di hadapan mereka. Ini adalah penyakit yang dikhawatirkan menimpa orang-orang shalih sehingga menggugurkan amal shalih mereka dan menjerumuskan mereka ke dalam su’ul khotimah.

Demikianlah beberapa hal yang bisa menyebabkan su’ul khotimah. Kesemuanya adalah biang dari segala keburukan, bahkan akar dari semua kejahatan. Setiap orang yang berakal hendaknya mewaspadai dan menghindarinya, demi menghindari su’ul khotimah.


Tanda-tanda husnul khotimah

Tanda-tanda husnul khotimah cukup banyak. Di sini kami menyebutkan sebagian di antaranya saja :
Mengucapkan kalimat tauhid laa ilaaha illallaah saat meninggal. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang akhir ucapan dari hidupnya adalah laa ilaaha illallaah, pasti masuk surga” (HR. Abu Dawud dll, dihasankan Al Albani dalam Irwa’ul Ghalil)
Meninggal pada malam Jum’at atau pada hari Jum’at. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Setiap muslim yang meninggal pada hari atau malam Jum’at pasti akan Allah lindungi dari siksa kubur” (HR.Ahmad)
Meninggal dengan dahi berkeringat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang mukmin itu meninggal dengan berkeringat di dahinya” (HR. Ahmad, Tirmidzi dll. dishahihkan Al Albani)
Meninggal karena wabah penyakit menular dengan penuh kesabaran dan mengharapkan pahala dari Allah, seperti penyakit kolera, TBC dan lain sebagainya
Wanita yang meninggal saat nifas karena melahirkan anak. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Seorang wanita yang meninggal karena melahirkan anaknya berarti mati syahid. Sang anak akan menarik-nariknya dengan riang gembira menuju surga” (HR. Ahmad)
Munculnya bau harum semerbak, yakni yang keluar dari tubuh jenazah setelah meninggal dan dapat tercium oleh orang-orang di sekitarnya. Seringkali itu didapatkan pada jasad orang-orang yang mati syahid, terutama syahid fi sabilillah.
Mendapatkan pujian yang baik dari masyarakat sekitar setelah meninggalnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati jenazah. Beliau mendengar orang-orang memujinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Pasti (masuk) surga” Beliau kemudian bersabda, “kalian -para sahabat- adalah para saksi Allah di muka bumi ini” (HR. At Tirmidzi)
Melihat sesuatu yang menggembirakan saat ruh diangkat. Misalnya, melihat burung-burung putih yang indah atau taman-taman indah dan pemandangan yang menakjubkan, namun tidak seorangpun di sekitarnya yang melihatnya. Kejadian itu dialami sebagian orang-orang shalih. Mereka menggambarkan sendiri apa yang mereka lihat pada saat sakaratul maut tersebut dalam keadaan sangat berbahagia, sedangkan orang-orang di sekitar mereka tampak terkejut dan tercengang saja.


Bagaimana kita menyambut kematian?

Saudara tercinta, sambutlah sang kematian dengan hal-hal berikut :
Dengan iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, Hari Akhir, dan takdir baik maupun buruk.
Dengan menjaga shalat lima waktu tepat pada waktunya di masjid secara berjama’ah bersama kaum muslim dengan menjaga kekhusyu’an dan merenungi maknanya. Namun, shalat wanita di rumahnya lebih baik daripada di masjid.
Dengan mengeluarkan zakat yang diwajibkan sesuai dengan takaran dan cara-cara yang disyari’atkan.
Dengan melakukan puasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala.
Dengan melakukan haji mabrur, karena pahala haji mabrur pasti surga. Demikian juga umrah di bulan Ramadhan, karena pahalanya sama dengan haji bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dengan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah, yakni setelah melaksanakan yang wajib. Baik itu shalat, zakat, puasa maupun haji. Allah menandaskan dalam sebuah hadits qudsi, “Seorang hamba akan terus mendekatkan diri kepada-Ku melalui ibadah-ibadah sunnah, hingga Aku mencintai-Nya”
Dengan segera bertobat secara ikhlas dari segala perbuatan maksiat dan kemungkaran, kemudian menanamkan tekad untuk mengisi waktu dengan banyak memohon ampunan, berdzikir, dan melakukan ketaatan.
Dengan ikhlas kepada Allah dan meninggalkan riya dalam segala ibadah, sebagaimana firman Allah yang artinya, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus” (QS. Al Bayyinah [98] : 5)
Dengan mencintai Allah dan Rasul-Nya.
Hal itu hanya sempurna dengan mengikuti ajaran Nabi, sebagaimana yang Allah firmankan yang artinya, “Katakanlah, ‘Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu’. Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang” (QS. Ali Imran [3] : 31)
Dengan mencintai seseorang karena Allah dan membenci seseorang karena Allah, berloyalitas karena Allah dan bermusuhan karena Allah. Konsekuensinya adalah mencintai kaum mukmin meskipun saling berjauhan dan membenci orang kafir meskipun dekat dengan mereka.
Dengan rasa takut kepada Allah, dengan mengamalkan ajaran kitab-Nya, dengan ridha terhadap rezeki-Nya meski sedikit, namun bersiap diri menghadapi Hari Kemudian. Itulah hakikat dari takwa.
Dengan bersabar menghadapi cobaan, bersyukur kala mendapatkan kenikmatan, selalu mengingat Allah dalam suasana ramai atau dalam kesendirian, serta selalu mengharapkan keutamaan dan karunia dari Allah. Dan lain-lain


(dicuplik dari Misteri Menjelang Ajal, Kisah-Kisah Su’ul Khatimah dan Husnul Khatimah, penerjemah Al Ustadz Abu ‘Umar Basyir hafizhahullah). Semoga sholawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada sanak keluarga beliau dan para sahabat beliau

Tangis Sang Ayah Ketika Akan Meninggal


Bekerja di kantor perusahaan ternama, memiliki rumah yang layak nan bagus, mememiliki anak-anak yang sehat & cerdas, sehingga mampu memasuki Universitas negri faforit….begitu selesei dari universitas anak-anaknya tersebut langsung bekerja di tempat elit dengan gaji yang berlimpah.
Itulah gambaran keluarga Pak A (nama samaran red) yg banyak diidam-idamkan banyak orang di kehidupan saat ini yg sudah serba materialisme. Namun sayang sangat kering dari nilai-nilai spiritualitas agama Islam, di rumah Pak A tidak ada suara orang membaca Tilawah Al-Qur’an atau diskusi masalah agama.
Yang ada setiap hari hanya berbicara kesuksesan duniawi mereka. Hal itu terjadi karena Pak A tdk mendidik anaknya secara serius mengenai ajaran agama Islam.
Dua puluh Tahun kemudian guratan2 tua sudah nampak, wajah tua Pak A tak segagah dulu lagi, lemahnya jasad tak sewibawa dulu lagi, yang nampak kini hanya kesunyian, sepi, senyap, istinya sudah meninggalkannya terlebih dahulu mengahadap sang Khaliq.
Setelah sakit sekian lama, kiini giliran dia sedang dalam detik-detik kematiannya akan menyusul sang istri tercinta, semua anaknya berkumpul. menungguinya Walaupun begitu sang ayah Pak A yg sedang mengalami sakaratul maut sangat gelisah dan takut luar biasa ketika sedang menghadapi kematian ini.
Tiba-tiba dari ruang tengah terdengar sayup sayup seorang anak membaca surah yasin dg tartil dan merdunya.
Hatinya Pak A yg tadinya gelisah dan ketakutan mendadak menjadi tenang dan sejuk kembali, dan ia berkata, “ Wahai anak-anakku siapa yg membaca surah yasin itu, kok hati ayah menjadi tenang dan sejuk sekali?
Oh itu si Ahmad cucu ayah , yg sedang membaca surah yasin
Sambil menangis berurai air mata ia berkata Ya Allah Ya Rabb segala puji syukur kehadirat Engkau, cucuku ada yg bisa membaca Al-Qur’an , ternyata anggapan hamba selama ini salah , ternyata kebahagiaan yg hakiki adalah bukan pada materi tapi kembali pada Al-Qur’an dan Sunnah.
Alangkah indahnya kematianku hari ini kalau anak-anakku juga bisa membaca Al-Qur’an. dan mendoa’kan diriku ini yg sebentar lagi menghadap Engkau Ya Rabb.
Saudaraku, itulah gambaran kehidupan Pak A s/d menjelang kematiannya dan ternyata harta dan anak-anaknya yg sukses duniawi tidak bisa menyelamatkan ia dari beratnya proses sakaratul maut yg bisa menyelamatkannya adalah hanya amal ibadahnya dan do’a anak-anak yg sholeh.
Semoga kita semua diberikan Allah,SWT anak-anak yg sholeh yg mampu membaca Al-Qur’an dan mendoa’kan kedua orang tuanya. …Amiin.

Wallahua’lam
Salam Al-Faqir




Sepenggal Kisah Tentang Kematian-Antara Suul Dan Khusnul Khotimah


Aktifitas keseharian kita selalu mencuri konsentrasi kita. kita seolah lupa dengan sesuatu yang kita tak pernah tau kapan kedatangannya.

Sesuatu yang bagi sebagian orang sangat menakutkan.Tahukah kita kapan kematian akan menjemput kita???
berikanlah waktu anda dan bacalah sampai habis, semoga dapat menjadikan hikmah buat kita semua dan sadar, bahwa kita akan mati dan tinggal menunggu waktunya,
semoga kita termasuk dalam orang-orang yang khusnul khotimah.... amien....
Tatkala masih di bangku sekolah, aku hidup bersama kedua orangtuaku dalam lingkungan yang baik. Aku selalu mendengar doa ibuku saat pulang dari keluyuran dan begadang malam. Demikian pula ayahku, ia selalu dalam shalatnya yang panjang. Aku heran, mengapa ayah shalat begitu lama, apalagi jika saat musim dingin yang menyengat tulang.
Aku sungguh heran, bahkan hingga aku berkata kepada diri sendiri :
"Alangkah sabarnya mereka...setiap hari begitu... benar- benar mengherankan!
"Aku belum tahu bahwa disitulah kebahagiaan orang mukmin dan itulah shalat orang orang pilihan. Mereka bangkit dari tempat tidurnya untuk munajat kepada Allah.

Setelah menjalani pendidikan militer, aku tumbuh sebagai pemuda yang matang. Tetapi diriku semakin jauh dari Allah padahal berbagai nasehat selalu kuterima dan kudengar dari waktu ke waktu. Setelah tamat dari pendidikan, aku ditugaskan di kota yang jauh dari kotaku.
Perkenalanku dengan teman-teman sekerja membuatku agak ringan menanggung beban sebagai orang terasing.

Disana, aku tak mendengar lagi suara bacaan Al-Qur'an. Tak ada lagi suara ibu yang membangunkan dan menyuruhku shalat. Aku benar-benar hidup sendirian, jauh dari lingkungan keluarga yang dulu kami nikmati. Aku ditugaskan mengatur lalu lintas di sebuah jalan tol... Di samping menjaga keamanan jalan,tugasku membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan.
Pekerjaan baruku sungguh menyenangkan. Aku lakukan tugas-tugasku dengan semangat dan dedikasi tinggi.
Tetapi, hidupku bagai selalu diombang-ambingkan ombak. Aku bingung dan sering melamun sendirian ... banyak waktu luang ...
pengetahuanku terbatas.
Aku mulai jenuh ... tak ada yang menuntunku di bidang agama. Aku sebatang kara. Hampir tiap hari yang kusaksikan hanya kecelakaan dan orang-orang yang mengadu kecopetan atau bentuk-bentuk penganiayaan lain.

Aku bosan dengan rutinitas. Sampai suatu hari terjadilah sebuah peristiwa yang hingga kini tak pernah aku lupakan.
Ketika itu, kami dengan seorang kawan sedang bertugas disebuah pos jalan.
Kami asyik ngobrol ... tiba-tiba kami dikagetkan oleh suara benturan yang amat keras. Kami mengedarkan pandangan. Ternyata, sebuah mobil bertabrakan dengan mobil lain yang meluncur dari arah yang berlawanan. Kami segera berlari menuju tempat kejadian untuk menolong korban. Kejadian yang sungguh tragis.
Kami lihat dua awak salah satu mobil dalam kondisi kritis. Keduanya segera kami keluarkan dari mobil lalu kami bujurkan di tanah. Kami cepat-cepat menuju mobil satunya. Ternyata pengemudinya telah tewas dengan amat mengerikan.

Kami kembali lagi kepada dua orang yang berada dalam kondisi koma. Temanku menuntun mereka mengucapkan kalimat syahadat. Ucapkanlah "Laailaaha Illallaah ... Laailaaha Illallaah .." perintah temanku.

Tetapi sungguh mengerikan, dari mulutnya malah meluncur lagu-lagu. Keadaan itu membuatku merinding.
Temanku tampaknya sudah biasa menghadapi orang-orang yang sekarat...
Kembali ia menuntun korban itu membaca syahadat. Aku diam membisu. Aku tak berkutik dengan pandangan nanar. Seumur hidupku, aku belum pernah menyaksikan orang yang sedang sekarat, apalagi dengan kondisi seperti ini.
Temanku terus menuntun keduanya mengulang-ulang bacaan syahadat.
Tetapi .... keduanya tetap terus saja melantunkan lagu.
Tak ada gunanya ... Suara lagunya terdengar semakin melemah ... lemah dan lemah sekali. Orang pertama diam, tak bersuara lagi, disusul orang kedua.
Tak ada gerak .... keduanya telah meninggal dunia. Kami segera membawa mereka ke dalam mobil. Temanku menunduk, ia tak berbicara sepatahpun.
Selama perjalanan hanya ada kebisuan. Hening...
Kesunyian pecah ketika temanku mulai bicara.Ia berbicara tentang hakikat kematian dan su'ul khatimah (kesudahan yang buruk).
Ia berkata "Manusia akan mengakhiri hidupnya dengan baik atau buruk..
Kesudahan hidup itu biasanya pertanda dari apa yang dilakukan olehnya selama di dunia.
"Ia bercerita panjang lebar padaku tentang berbagai kisah yang diriwayatkan dalam buku-buku islam. Ia juga berbicara bagaimana seseorang akan mengakhiri hidupnya sesuai dengan masa lalunya secara lahir batin.
Perjalanan kerumah sakit terasa singkat oleh pembicaraan kami tentang kematian. Pembicaraan itu makin sempurna gambarannya tatkala ingat bahwa kami sedang membawa mayat.
Tiba-tiba aku menjadi takut mati. Peristiwa ini benar-benar memberi pelajaran berharga bagiku. Hari itu, aku shalat khusyu' sekali.
Tetapi perlahan-lahan aku mulai melupakan peristiwa itu. Aku kembali pada kebiasaanku semula ... Aku seperti tak pernah menyaksikan apa yang menimpa dua orang yang tak kukenal beberapa waktu yang lalu.
Tetapi sejak saat itu, aku memang benar-benar menjadi benci kepada yang namanya lagu-lagu. Aku tak mau tenggelam menikmatinya seperti sedia kala.
Mungkin itu ada kaitannya dengan lagu yang pernah kudengar dari dua orang yang sedang sekarat dahulu. Kejadian yang menakjubkan !
Selang enam bulan dari peristiwa mengerikan itu .... sebuah kejadian menakjubkan kembali terjadi di depan mataku. Seseorang mengendarai mobilnya dengan pelan, tetapi tiba-tiba mobilnya mogok di sebuah terowongan menuju kota. Ia turun dari mobilnya untuk mengganti ban yang kempes. Ketika ia berdiri dibelakang mobil untuk menurunkan ban serep, tiba-tiba sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menabraknya dari arah belakang. Lelaki itupun langsung tersungkur seketika.

Aku dengan seorang kawan, bukan yang menemaniku pada peristiwa pertama cepat-cepat menuju tempat kejadian.
Dia kami bawa dengan mobil dan segera pula kami menghubungi rumah sakit agar langsung mendapat penanganan. Dia masih sangat muda, wajahnya begitu bersih.Ketika mengangkatnya ke mobil, kami berdua cukup panik, sehingga tak sempat memperhatikan kalau ia menggumamkan sesuatu. Ketika kami membujurkannya di dalam mobil, kami baru bisa membedakan suara yang keluar dari mulutnya.
Ia melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an... dengan suara amat lemah.

"Subhanallah ! dalam kondisi kritis seperti itu ia masih sempat melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an ? Darah mengguyur seluruh pakaiannya, tulang-tulangnya patah, bahkan ia hampir mati. Dalam kondisi seperti itu, ia terus melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an dengan suaranya yang merdu.

Selama hidup, aku tak pernah mendengar bacaan Al-Qur'an seindah itu.

Dalam batin aku bergumam sendirian "Aku akan menuntunnya membaca syahadat sebagaimana yang dilakukan oleh temanku terdahulu... apalagi aku sudah punya pengalaman." aku meyakinkan diriku sendiri. Aku dan kawanku seperti terhipnotis mendengarkan suara bacaan Al-Qur'an yang merdu itu.
Sekonyong-konyong sekujur tubuhku merinding, menjalar dan menyelusup ke setiap rongga. Tiba-tiba, suara itu terhenti. Aku menoleh kebelakang.
Kusaksikan dia mengacungkan jari telunjuknya lalu bersyahadat. Kepalanya terkulai, aku melompat ke belakang.
Kupegang tangannya, degup jantungnya, nafasnya, tidak ada yang terasa. Dia telah meninggal. Aku lalu memandanginya lekat-lekat, air mataku menetes, kusembunyikan tangisku, takut diketahui kawanku.
Kukabarkan kepada kawanku kalau pemuda itu telah meninggal. Kawanku tak kuasa menahan tangisnya. Demikian pula halnya dengan diriku. Aku terus menangis air mataku deras mengalir. Suasana dalam mobil betul-betul sangat mengharukan. .Sampai di rumah sakit .....
Kepada orang-orang di sana, kami mengabarkan perihal kematian pemuda itu dan peristiwa menjelang kematiannya yang menakjubkan.
Banyak orang yang terpengaruh dengan kisah kami, sehingga tak sedikit yang meneteskan air mata.
Salah seorang dari mereka, demi mendengar kisahnya, segera menghampiri jenazah dan mencium keningnya. Semua orang yang hadir memutuskan untuk tidak beranjak sebelum mengetahui secara pasti kapan jenazah akan dishalatkan. . Mereka ingin memberi penghormatan terakhir kepada jenazah. Semua ingin ikut menyolatinya.
Salah seorang petugas rumah sakit menghubungi rumah almarhum. Kami ikut mengantar jenazah hingga ke rumah keluarganya. ..
Salah seorang saudaranya mengisahkan, ketika kecelakaan, sebetulnya almarhum hendak menjenguk neneknya di desa. Pekerjaan itu rutin ia lakukan setiap hari senin. Disana almarhum juga menyantuni para janda, anak yatim dan orang-orang miskin.
Ketika terjadi kecelakaan, mobilnya penuh dengan beras, gula, buah-buahan dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Ia juga tak lupa membawa buku-buku agama dan kaset-kaset pengajian. Semua itu untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang yang dia santuni. Bahkan juga membawa permen untuk dibagikan kepada anak-anak kecil.
Bila tiba saatnya kelak, kita menghadap Allah Yang Perkasa. hanya ada satu harap, semoga kita menjadi penghuni surga. Biarlah dunia jadi kenangan, juga langkah-langkah kaki yang terseok, di sela dosa dan pertaubatan..
Hari ini, semoga masih ada usia, untuk mengejar surga itu, dengan amal-amal yang nyata : "memperbaiki diri dan mengajak orang lain "

Allah Swt berfirman: "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. " (QS. Al-Imran:185)
Rasulullah Saw telah mengingatkan dalam sabdanya, "Barangsiapa yang lambat amalnya, tidak akan dipercepat oleh nasabnya."
Saudaraku, siapa yang tau kapan, dimana, bagaimana, sedang apa, kita menemui tamu yang pasti menjumpai kita, yang mengajak menghadap Allah SWT.
Orang yang cerdik dan pandai adalah yang senantiasa mengingat kematian dalam waktu-waktu yang ia lalui kemudian melakukan persiapan persiapan untuk menghadapinya.
Note : amalkan ilmu, sampaikan walau satu ayat, salah satu amalan yang terus mengalir walau seseorang sudah mati adalah ilmu yang bermanfaat.
Begitulah hendaknya engkau nasehati dirimu setiap hari karena engkau tidak menyangka mati itu dekat kepadamu bahkan engkau mengira engkau mungkin hidup lima puluh tahun lagi, Kemudian engkau menyuruh dirimu berbuat taat, sudah pasti dirimu tidak akan patuh kepadamu dan pasti ia akan menolak dan merasa berat untuk mengerjakan ketaatan.

Nasehat ini terutama untuk diri saya sendiri, dan saudara-saudaraku seiman pada umumnya.





Pengadilan Di Yaumil Akhir Terhadap Tiga Orang Laki-Laki

Suatu ketika, di yaumil akhir, berlangsung pengadilan terhadap tiga orang laki-laki. Yang pertama kali diadili adalah orang yang gugur sebagai syahid. Ia kemudian dipanggil oleh Allah.

Kepadanya kemudian diperlihatkan amal perbuatannya. Ia pun mengakui perbuatannya ketika berperang membela agama hingga akhirnya gugur sebagai syahid. Kemudian Allah bertanya:

Apa yang telah kamu lakukan untuk mendapatkannya (mati syahid).

Aku berperang demi (mendapat) ridha-Mu hingga aku gugur di medan jihad,jawab lelaki itu.

Kamu berdusta, sergah Allah. Kamu berperang agar dikatakan pemberani dan sungguh kamu telah mendapatkannya, sambung Allah lagi. Kemudian Allah memerintahkan agar orang tersebut diseret dan dilemparkan ke dalam neraka.

Selanjutnya Allah memanggil orang yang kedua, yakni seorang lelaki yang tekun menuntut ilmu dan mengajarkannya. Ia juga rajin membaca Al-Quran. Seperti yang pertama, ia pun diperlihatkan amal perbuatannya. Setelah ia mengenalinya, Allah bertanya:

Apa yang telah kamu perbuat dengannya (menuntut ilmu)?

Saya menuntut ilmu, mengajarkannya kepada yang lain dan membaca Al-Quran demi Engkau, ya Allah,âjawab lelaki itu.

Kamu berdusta!” kata Allah berfirman. Kamu menuntut ilmu agar dibilang orang pandai dan kamu membaca Al-Quran agar dikatakan sebagai qori yang bagus (bacaannya), dan sungguh kamu telah memperolehnya,” ungkap Allah.

Kemudian Allah memerintahkan agar orang tersebut diseret dan dilemparkan ke neraka.

Berikutnya Allah mengadili orang yang ketiga yakni seorang lelaki yang dilapangkan dan dikaruniai Allah kekayaan yang melimpah. Kepadanya diperlihatkan amal perbuatannya. Ia pun mengenalinya. Lalu Allah bertanya:
Apa yang kamu perbuat terhadap harta bendamu?

Lelaki itu menjawab: Saya tak pernah melewatkan kesempatan menafkahkan harta benda di jalan-Mu dan itu saya perbuat demi Engkau, wahai Tuhanku”.

Allah berfirman: Kamu berdusta! Kamu tidak melakukan itu semua kecuali dengan pamrih agar kamu dibilang sebagai dermawan. Dan kamu telah mendapatkan semua yang kamu inginkan.”

Selanjutnya Allah memerintahkan agar orang tersebut diseret dan dilemparkan ke neraka.

Niat yang Menentukan

Amal baik belum tentu bernilai baik sebelum diketahui niatnya. Bisa saja manusia memberi gelar pahlawan kepada seseorang yang memiliki keberanian dan tanggung jawab yang besar dalam membela agama dan negaranya, akan tetapi Allah yang Maha Mengetahui yang nampak dan yang tersembunyi. Maka Allah jualah yang akan memberikan penilain-Nya tersendiri. Allah tidak menilai seseorang dariyang zhahirnya saja, tapi juga dari yang tersembunyi yaitu niat atau motivasinya. Bisa jadi seseorang dihormati karena kedalaman ilmu dan keluasan wawasannya.

Tapi di sisi Allah, seorang ulama baru dianggap bernilai bila ia ikhlas dalam mencari ilmu dan tulus ketika mengajarkan dan menyebarluaskannya. Ketika ada motivasi lain, sekecil apapun, pasti terdeteksi oleh ke-Mahatahuan-Nya. Allah berfirman:

Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dan jika kamu menampakkan apa yang ada dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatan itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah: 284)

Demikian pula halnya dengan orang kaya yang dermawan, belum tentu kedermawanannya berkenan di hadapan Allah. Boleh jadi kemurahannya dalam memberi digerakkan oleh niat-niat tertentu yang dapat merusak pahala sadaqahnya.

Orang-orang yang menerima sumbangannya tidak mengetahui niat orang tersebut, tapi Allah saw selalui memonitor gerak hati seseorang. Dia menilai tidak sekadar dari lahirnya, tapi lebih penting lagi adalah niatnya. Itulah sebabnya, niat dalam ajaran Islam menempati posisi sentral dan sangat menentukan.

Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung kepada niat, dan sesungguhnya tiap tiap orang memperoleh sesuatu sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang berhijrah di jalan Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu ialah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa hijrah karena ingin memperoleh keduniaan atau untuk mengawini seorang wanita, maka hijrahnya adalah kea rah yang ditujunya tersebut.(HR. Bukhari dan Muslim)

Sabda Rasulullah di atas dilatarbelakangi oleh pengaduan seseorang yang menyampaikan bahwa di antara orang-orang yang hijrah ke Madinah menyusul hijrahnya Rasulullah saw ada seseorang yang berhijrah karena ingin mengawini seorang wanita yang bernama Ummu Qais.

Pada mulanya lelaki itu ingin tetap tinggal di Mekah, akan tetapi karena Ummu Qais yang hendak dinikahinya mengajukan syarat bahwa ia mau dinikahi jika lelaki itu hijrah ke Madinah, maka akhirnya sang lelaki itu terpaksa turut hijrah demi kekasihnya.

Dalam kehidupan sehari-hari ada contoh yang sederhana. Di siang hari yang panas, seorang lelaki masuk ke mesjid. Secara lahiriyah perbuatan itu sangat terpuji.

Akan tetapi siapa tahu niat yang tersembunyi dalam hatinya. Bisa jadi ia masuk ke mesjid dengan niat untuk istirahat. Jika niatnya seperti itu, maka ia akan memperoleh yang diniatkannya. Ia terhindar dari sengatan matahari dan terlepas dari rasa penat. Lain halnya jika ia meniatkan untuk itikaf. Boleh jadi ia mendapatkan kedua-duanya, yaitu pahala sekaligus istirahat yang cukup. Dalam kenyataannya, banyak sekali perbuatan manusia yang motivasinya campur aduk antara ikhlas dan riya

Misalnya, orang yang menunaikan ibadah haji seringkali niatnya tidak semata-mata untuk ibadah, tapi jauh sebelum keberangkatannya mereka sudah membuat rencana untuk membeli perhiasan, makanan, pakaian dan oleh-oleh lainnya untuk disebarkan kepada kerabatnya di tanah air.

Demikian pula halnya dengan orang yang menuntut ilmu, banyak yang niatnya tidak untuk memperoleh ridha Allah, tapi agar kelak dihormati dan disanjung masyarakat sebagai orang yang berilmu. Atau agar kelak mendapat pekerjaan yang baik, pangkat dan jabatan mentereng serta berkuasa di tengah masyarakatnya.

Seseorang yang shalat malam (tahajjud) mungkin saja niatnya murni, semata-mata ingin bertaqarrub dengan Allah swt. Akan tetapi ada pula seseorang yang menjalankan shalat malam karena niat ‘daripada tidak bisa tidur’ atau karena dia sedang berjaga, daripada bengong.

Secara syar, ibadahnya orang yang disebutkan di atas tetap sah dan tidak batal, akan tetapi kurang afdol. Ibadahnya sah, tapi kurang sempurna karena beribadah kepada Allah menuntut adanya kemurnian niat (ikhlas) semata-mata karena Allah.

Al-Quran menandaskan: Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu kitab (Al-Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): Kami tidak menyembah mereka kecuali supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya.Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (QS. Az-Zumar: 2-3)

Riya’ merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya, bahkan lebih berbahaya dari demam berdarah atau aids sekalipun. Itulah sebabnya Rasulullah saw sangat khawatir dengan penyakit ini. Beliau takut ummatnya terjerumus pada penyakit yang beliau sebut sebagai syirik yang tersamar itu.

Beliau bersabda: “Sesungguhnya yang saya takuti menimpa atas kamu ialah syirik kecil (syirkul ashghar). Para sahabat bertanya, ‘apakah yang dimaksud dengan syirik kecil itu, ya Rasulallah?’ Nabi menjawab: ‘Riya, (yakni) ketika manusia datang untuk meminta balasan atas amal perbuatan yang mereka lakukan. Maka Tuhan berkata kepada mereka : ‘Pergilah kamu menemui orang-orang yang karena mereka kamu beramal (riya’) di dunia niscaya kamu akan sadar apakah kamu memperoleh balasan kebaikan dari mereka?. 



sumber:[Hamim Tohari, Tulisan ini diambil dari rubrik Hikmahdi Majalah Hidayatullah

Syirik, Bahaya Dan Fenomenanya

Permasalahan syirik bukanlah perkara yang remeh, sebab kelurusan seseorang dalam bertauhid dan beraqidah menjadi jaminan bagi keselamatannya di dunia dan akhirat. Apabila tauhid seseorang melenceng dari standar Al-Qur’an dan As-sunnah, maka pasti dia terjerumus pada kesyirikan.

Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Rabbmu”. Merekamenjawab, “Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agardi hari Kiamat kamu tidak mengatakan,”Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yanglengah terhadap hal ini (keesaan Rabb)”. Atau agar kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah menyekutukan Ilah sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunanyang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang yang sesat dahulu”. (QS. 7:172-173)

Ayat di atas menjelaskan bahwa kebanyakan orang yang terjerumus ke dalam kesyirikan disebabkanoleh dua hal dan secara otomatis dia telah melanggar perjanjian, ikrar dan persaksiannya sendiri terhadap keesaan Allah, dua hal tersebut adalah:
Jahil dan lalai terhadap tauhid dan syirik
Taqlid buta pada adat istiadat dan kebiasaan nenek moyang.

Permasalahan syirik bukanlah perkara yang remeh, sebab kelurusan seseorang dalam bertauhid dan beraqidah menjadi jaminan bagi keselamatannya di dunia dan akhirat. Apabila tauhid seseorang melenceng dari standar Al-Qur’an dan As-sunnah, maka pasti dia terjerumus pada kesyirikan.

Karena itu kita harus mengerti dan paham apa sebenarnya syirik itu, agar kita bisa terhindar dari bahaya dan malapetakanya di dunia dan di akhirat. Para ulama mengatakan, “Aku mengenali kejelekanbukan untuk melakukannya, tetapi agar terhindar darinya. Barangsiapa yang tidak bisa membedakan antara kebaikan dengan kejelekan pasti terjerumus pada kejelekan itu.” Untuk itu, marilah kitamengenali apa syirik itu sebenarnya.

Syirik adalah menyejajarkan/menyamakan makhluk dengan Al-Khaliq (Allah swt) dalam perkara-perkara yang merupakan hak khusus (istimewa) Allah swt.

Hak istimewa Allah Subhannahu wa Ta’ala banyak sekali, seperti: Disembah, mencipta, mengatur, memberikan manfaat dan mendatangkan madharat, menentukan baik dan buruk, membuat hukum dan undang-undang (syari’at) dan lain-lainnya.

Secara umum jenis syirik itu ada dua: Syirik Akbar (besar) dan Syirik Ashghar (kecil). Perbedaan antara syirik akbar dan syirik asghar adalah:

Syirik akbar;
Syirik akbar menghancurleburkan seluruh amal ibadah pelakunya.
Apabila dia meninggal dunia dalam keadaan berbuat syirik akbar maka tidak mendapat ampunan Allah Subhannahu wa Ta’ala.
Pelakunya tergolong murtad dari Islam.
Di akhirat kelak pelakunya akan kekal dalam neraka selama-lamanya.

Syirik Asghar (kecil);
Dosa syirik kecil tidak merusak seluruh amal ibadah.
Pelakunya diampuni apabila Allah Subhannahu wa Ta’ala menghendakinya.
Pelakunya tidak tergolong murtad dari Islam.
Di akhirat kelak pelakunya tidak akan kekal dalam neraka selama-lamanya.

Beberapa Fenomena Syirik

A. Ngalap (mencari) berkah di kuburan wali, kiyai dan selainnya.

Sudah menjadi hal yang umum dan membudaya di masyarakat, dan bahkan dianggap ibadah yangsangat afdhal bahwa pada hari-hari/bulan-bulan tertentu, misalnya Maulud (Rabiul awal), menjelang Ramadhan, menjelang lebaran (Syawwal) dan lain sebagainya, banyak orang yang mendatangi kuburan kuburan kyai, orang-orang yang dianggap wali, atau kuburan orang shalih. Mereka datang dari tempat yang cukup jauh dengan mencurahkan tenaga, waktu, pikiran, dan harta. Padahal Rasulullah telah bersabda,

“Janganlah kalian mengadakan perjalanan jauh (untuk beribadah, berziarah, mencari berkah) kecuali hanya ke tiga masjid: Masjidil Haram, Masjidku ini (Masjid Nabawy), dan Masjid al-Aqsha.(Muttafaqun ‘Alaih)

Dengan melakukan ritual ziarah ke kuburan-kuburan wali/kiyai dari tempat yang jauh, maka itu sudah merupakan suatu pelanggaran terhadap konsekwensi hadits diatas.

Kalau ternyata tujuan dari ziarah kubur itu menyimpang dari tuntunan syari’at Islam yang suci ini, seperti: Mencari berkah, meminta-minta kepada penghuni kuburan itu, atau mencari syafa’at, maka perbuatan itu jelas merupakan syirik akbar. Apabila pelakunya tidak bertaubat hingga datang kematiannya, maka Allah Subhannahu wa Ta’ala tidak mengampuninya dan dia kekal dalam neraka, semoga kita terhindar dari hal itu.

Allah berfirman:

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (QS. 4:48)

B. Mencari kesaktian lewat amalan, dzikir atau ritual tertentu.

Fenomena ritual seperti ini sudah berurat dan berakar, bahkan menjadi trend dalam masyarakat kita. Dan yang terbelit dan terperangkap dalam lingkaran syetan ini mulai dari orang awam sampai para pejabat, rakyat jelata sampai orang berpangkat. Bahkan kalangan “terpelajar” yang mengaku “intelektual”pun menggandrungi klenik-klenik seperti ini. Mereka menyebutnya dengan “membekali diri dengan ngelmu (ilmu), kekebalan, kesaktian”.

Untuk mengelabuhi orang-orang awam terkadang “orang pinter” itu menyandangkan titel mentereng seperti: KH (Kyai Haji), Prof, DR, padahal semua itu mereka lakukan untuk melanggengkan bisnis mereka sebagai agen-agen dan kaki tangan syetan dan jin.

Untuk meraih kesaktian ini, ada yang dengan cara-cara klasik kebatinan, dengan istilah black magic (ilmu hitam) maupun white magic (ilmu putih), dan ada pula dengan cara-cara ritual “dzikir dan amalan-amalan wirid tertentu”, dan cara yang terakhir ini lebih banyak mengelabui kaum muslimin, karena seakan-akan caranya Islami dan tidak mengandung kesyirikan.

Dan perlu diketahui bahwa”dzikir dan amalan-amalan wirid tertentu” yang tidak ada syari’atnya dalam Islam, merupakan rumus dan kode etik untuk berhubungnan dengan alam supranatural (alam jin), hal seperti ini merupakan perangkap syetan yang menjerumuskan orang pada perbuatan syirik. Untuk mengetahui bahwa perbuatan itu termasuk perbuatan syirik adalah sebagai berikut:

Pertama, bahwa “dzikir dan amalan-amalan wirid tertentu” tersebut bukanlah syari’at Islam, karena tidak memakai standar Al-Qur’an maupun Sunnah Rasulullah n, dan ini termasuk dalam kategori bid’ah, yang mana syetan lebih menyukai bid’ah daripada perbuatan maksiat sekalipun.

Ke dua, apabila tujuan seseorang melakukan “dzikir dan amalan-amalan wirid tertentu” tersebut untuk memperoleh kesaktian, kekebalan, dan hal-hal yang luar biasa, maka sudah pasti itu bukan karena Allah Subhannahu wa Ta’ala, seperti membaca Al-fatihah 1000 X, Al-ikhlas 1000 X dan lain sebagainya dengan tujuan agar kebal terhadap senjata tajam, peluru dan tahan bacok. Atau membaca salah satu shalawat bikinan (baca;bid’ah) dengan iming-iming kesaktian tertentu seperti bisa menghilang dari pandangan orang, bisa makan besi, kaca, beling dan lain sebagainya. Itu semua bukanlah karomah tetapi merupakan hakikat syirik itu sendiri, karena telah memalingkan tujuan suatu ibadah kepada selain Allah Subhannahu wa Ta’ala.

C. Meminta bantuan arwah rasul, wali, atau tokoh tertentu agar terhindar dari marabahaya.


Ritual-ritual seperti ini dapat kita saksikan pada acara-acara malam 1 Syuro(Muharram). Diantara mereka ada yang mengadakan acara ritual di pantai laut selatan, mereka ramai-ramai melepaskan bermacam-macam sesajen seperti hewan yang masih hidup, aneka makanan, bunga-bungaan dan kemenyan sambil memanggil-manggil arwah Nabi Muhammad, Syekh Abdul Qodir Jailani dan memanggil Nyi Roro Kidul. Tujuan mereka melakukan ini agar Nyi Roro Kidul yang “katanya” menjadi penguasa di pantai laut selatan itu tidak minta korban pada tahun ini.

D. Membuat sesajen untuk menolak roh jahat.

Kegiatan ritual syirik ini bisa kita temui ketika ada pembangunan jembatan, gedung atau rumah. Pada acara peletakan batu pertama, biasanya diadakan pemotongan hewan kemudian darahnya disiramkan atau dioleskan, dan kepala hewan itu ditanam di situ. Tujuannya agar bangunan itu kokoh, kuat, lancar dalam pembangunannya serta tidak meminta korban, terhindar dari bahaya, serta agar makhluk halus yang ada di situ tidak mengganggu. Ada juga yang meletakkan sesajen di atas tiang utama bangunan, agar terhindar dari gangguan makhluk halus yang berada di daerah itu.

Demikian pula, ketika orang merasa takut melewati pohon besar, kuburan, hutan atau lembah yang dianggap angker. Lalu dia mengirimkan berbagai macam bentuk sesajen. Kalau lewat di daerah itu harus minta izin terlebih dahulu, seperti mengucapkan “Mbah permisi saya mau lewat” sambil menundukkan badan pertanda tunduk, atau dengan membunyikan klakson kendaraan sambil menjalankannya dengan pelan-pelan, dan lain sebagainya.

E. Memakai Jimat-Jimat.

Ketika batu akik diyakini memiliki daya magic karena telah “diisi” oleh dukun atau orang pintar, maka menjadikan akik itu sebagai jimat pembawa keberuntungan berarti telah menjadikannya sebagai tuhan selain Allah.

Ketika bambu kuning atau potongan tulisan arab yang maknanya tidak jelas diletakkan di atas pintu rumah, agar”si kolor ijo”tidak bisa masuk rumah, maka berarti telah mempertuhankan jimat itu, dan ini adalah bantuk kesyirikan yang sangat nyata terhadap Allah SWT.

Demikian pula apabila al-Qur’an Stambul (Al-Qur’an berukuran sangat kecil yang tulisannya tidak bisa dibaca kecuali dengan mikroskop) dijadikan jimat untuk menolak marabahaya, maka pelakunyapun sudah terjerumus pada lingkaran syetan yaitu syirik.

Rasulullah SAW bersabda, artinya,

“Barangsiapa yang menggantungkan sesuatu (sebagai jimat), niscaya Allah menjadikan dia selalu bergantung kepada jimat itu”. (HR.Imam Ahmad dan at-Tirmizi)

F. Ramal-Ramalan


Yaitu segala bentuk ramalan, mulai dari ramalan keadaan Indonesia sampai keadaan pribadi seseorang untuk rentang waktu sepekan, sebulan atau setahun ke depan, baik mengenai ekonominya, politiknya dan lain sebagainya. Ini semua adalah klenik-klenik yang menghancurkan negara besar ini yang katanya mayoritas muslim terbesar di dunia. Klenik ini juga yang menjadi faktor utama datangnya musibah-musibah yang silih berganti dan tidak akan pernah hengkang dari tanah air kita ini selama kemaksiatan syirik ini dan dosa-dosa besar lainnya masih gentayangan menghancurkan sendi-sendi kehidupan beragama kita. Wallahul Mustaan, hanya kepada Allah kita memohon pertolongan.

Mudah-mudahan tulisan singkat ini menjadi bahan renungan bagi kita semua.