******HIDUP ADALAH UNTUK IBADAH ********JADIKAN SELURUH AKTIVITAS HIDUPMU UNTUK MENCAPAI KEBAHAGIAAN DUNIA AKHIRAT *********JALAN YANG LURUS ***********yaitu jalan orang-orang yang telah Allah berikan nikmat, bukan jalan yang dimurkai Allah dan juga bukan jalan yang sesat.

Jumat, 15 Desember 2017

Sakit Dan Musibah Adalah Penghapus Dosa Bagi Seorang Muslim

SAKIT DAN MUSIBAH ADALAH PENGHAPUS DOSA BAGI SEORANG MUSLIM

Ketahuilah wahai saudaraku -semoga Allah merahmati kita semua- telah menjadi ketetapan dari Allah Azza wa Jalla bahwa setiap manusia pasti pernah mengalami sakit dan musibah selama hidupnya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi roji’uun’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk ”. (QS. Al-Baqaroh : 155-157).

Sakit dan musibah yang menimpa seorang mukmin mengandung hikmah yang merupakan rahmat dari Allah Ta’ala. Imam Ibnul Qayyim berkata : “Andaikata kita bisa menggali hikmah Allah yang terkandung dalam ciptaan dan urusan-Nya, maka tidak kurang dari ribuan hikmah. Namun akal kita sangat terbatas, pengetahuan kita terlalu sedikit dan ilmu semua makhluk akan sia-sia jika dibandingkan dengan ilmu Allah, sebagaimana sinar lampu yang sia-sia dibawah sinar matahari. Dan inipun hanya kira-kira, yang sebenarnya tentu lebih dari sekedar gambaran ini”. (Syifa-ul Alil fi Masail Qadha wal Qadar wa Hikmah wa Ta’lil hal 452).

Dalam menyikapi sakit dan musibah tersebut, berikut ini ada beberapa prinsip yang harus menjadi pegangan seorang muslim :

1. Sakit dan Musibah adalah Takdir Allah Azza wa Jalla


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. (QS. Al-Hadid : 22).

“Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang melainkan dengan izin Allah” (QS. At-Taghaabun : 11).

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : “Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan semua takdir seluruh makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi”. (HR. Muslim no. 2653).

2. Sakit dan Musibah Adalah Penghapus Dosa

Ini adalah hikmah terpenting sebab diturunkannya sakit dan musibah. Dan hikmah ini sayangnya tidak banyak diketahui oleh saudara-saudara kita yang tertimpa musibah. Acapkali kita mendengar manusia ketika ditimpa sakit dan musibah malah mencaci maki, berkeluh kesah, bahkan yang lebih parah meratapi nasib dan berburuk sangka dengan takdir Allah. Nauzubillah, kita berlindung kepada Allah dari perbuatan semacam itu. Padahal apabila mereka mengetahui hikmah dibalik semua itu, maka –insya Allah– sakit dan musibah terasa ringan disebabkan banyaknya rahmat dan kasih sayang dari Allah Ta’ala.

Hikmah dibalik sakit dan musibah diterangkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dimana beliau bersabda:

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya”.

(HR. Bukhari no. 5660 dan Muslim no. 2571).

“Tidaklah seseorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya”. (HR. Bukhari no. 5641).

“Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengan dosa-dosanya”. (HR. Muslim no. 2573).


“Bencana senantiasa menimpa orang mukmin dan mukminah pada dirinya, anaknya dan hartanya, sehingga ia berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak ada kesalahan pada dirinya”.

(HR. Tirmidzi no. 2399, Ahmad II/450, Al-Hakim I/346 dan IV/314, Ibnu Hibban no. 697, dishohihkan Syeikh Albani dalam kitab Mawaaridizh Zham-aan no. 576).

“Sesungguhnya Allah benar-benar akan menguji hamba-Nya dengan penyakit, sehingga ia menghapuskan setiap dosa darinya”.

(HR. Al-Hakim I/348, dishohihkan Syeikh Albani dalam kitab Shohih Jami’is Shoghir no.1870).

“Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, melainkan ditetapkan baginya dengan sebab itu satu derajat dan dihapuskan pula satu kesalahan darinya”. (HR. Muslim no. 2572).

“Sakit demam itu menjauhkan setiap orang mukmin dari api neraka”. (HR. Al-Bazzar, dishohihkan Syeikh Albani dalam kitab Silsilah al Hadiits ash Shohihah no. 1821).

“Janganlah kamu mencaci-maki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah akan menghapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api menghilangkan kotoran-kotoran besi”. (HR. Muslim no. 2575).

Walaupun demikian, apabila seorang mukmin ditimpa suatu penyakit tidaklah meniadakan usaha (ikhtiar) untuk berobat. Rasulullah shallalllahu alaihi wa sallam bersabda : “Allah tidak menurunkan penyakit melainkan pasti menurunkan obatnya”. (HR. Bukhari no. 5678). Dan yang perlu diperhatikan dalam berobat ini adalah menghindarkan dari cara-cara yang dilarang agama seperti mendatangi dukun, paranormal, ‘orang pintar’, dan sebangsanya yang acapkali dikemas dengan label ‘pengobatan alternatif’. Selain itu dalam berobat juga tidak diperbolehkan memakai benda-benda yang haram seperti darah, khamr, bangkai dan sebagainya karena telah ada larangannya dari Rasulullah shallalllahu alaihi wa sallam yang bersabda :

“Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya, maka berobatlah dan janganlah berobat dengan yang haram”. (HR. Ad Daulabi dalam al-Kuna, dihasankan oleh Syeikh Albani dalam kitab Silsilah al Hadiits ash- Shohihah no. 1633).


“Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan kalian pada apa-apa yang haram”.

(HR. Abu Ya’la dan Ibnu Hibban no. 1397. Dihasankan oleh Syeikh Albani dalam kitab Mawaaridizh Zham-aan no. 1172).


“Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan penyakit kalian pada apa-apa yang diharamkan atas kalian”. (HR. Bukhari, di-maushulkan ath-Thabrani dalam Mu’jam al Kabiir, berkata Ibnu Hajar : ‘sanadnya shohih’, Fathul Baari : X/78-79).

3. Wajib Bersabar dan Ridho Apabila Ditimpa Sakit dan Musibah

Apabila sakit dan musibah telah menimpa, maka seorang mukmin haruslah sabar dan ridho terhadap takdir Allah Azza wa Jalla, dan harapkanlah pahala serta dihapuskannya dosa-dosanya sebagai ganjaran dari musibah yang menimpanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :


“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi roji’uun’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk ”. (QS. Al-Baqaroh : 155-157).


Dalam beberapa hadis Qudsi Allah Azza wa Jalla berfirman :

“Wahai anak Adam, jika engkau sabar dan mencari keridhoan pada saat musibah yang pertama, maka Aku tidak meridhoi pahalamu melainkan surga”.

(HR. Ibnu Majah no.1597, dihasankan oleh Syeikh Albani dalam Shohih Ibnu Majah : I/266).

Maksud hadis diatas yakni apabila seorang hamba ridho dengan musibah yang menimpanya maka Allah ridho memberikan pahala kepadanya dengan surga.

“Jika anak seorang hamba meninggal dunia, maka Allah akan berkata kepada malaikat-Nya : ‘Apakah kalian telah mencabut nyawa anak hamba-Ku?. Para Malaikat menjawab : ‘Ya, benar’. Lalu Dia bertanya lagi : ‘Apakah kalian mengambil buah hatinya?’. Malaikat menjawab : ‘Ya’. Kemudian Dia berkata : ‘Apa yang dikatakan oleh hamba-Ku itu?’. Malaikat menjawab ‘Ia memanjatkan pujian kepada-Mu dan mengucapkan kalimat istirja’ (Inna lillaahi wa innaa ilaihi roji’un). Allah Azza wa Jalla berfirman : ‘Bangunkan untuk hamba-Ku sebuah rumah di surga dan namai dengan (nama) Baitul Hamd (rumah pujian)’.” (HR Tirmidzi no.1021, dihasankan Syeikh Albani dalam Shohih Sunan Tirmidzi no. 814)

“Tidaklah ada suatu balasan (yang lebih pantas) di sisi-Ku bagi hamba-Ku yang beriman jika Aku telah mencabut nyawa kesayangannya dari penduduk dunia kemudian ia bersabar atas kehilangan orang kesayangannya itu melainkan surga”. (HR. Bukhari).

“Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung berfirman : ‘Jika Aku menguji hamba-Ku dengan dua hal yang dicintainya (yakni menjadikan seorang hamba kehilangan dua penglihatannya/buta) lalu ia bersabar maka Aku akan menggantikan keduanya dengan surga”. (HR. Bukhari).

Rasulullah shollallahu alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Allah menyukai suatu kaum, maka Dia akan menguji mereka. Barangsiapa yang ridho maka baginya keridhoan, dan barangsiapa yang murka maka baginya kemurkaan”. (HR. Tirmidzi no. 2396, Ibnu Majah no. 4031, dihasankan Syeikh Albani dalam Shohih Sunan Tirmidzi II/286).

Hikmah lainnya dari sakit dan musibah adalah menyadarkan seorang hamba yang tadinya lalai dan jauh dari mengingat Allah -karena tertipu oleh kesehatan badan dan sibuk mengurus harta- untuk kembali mengingat Robb-nya. Karena jika Allah mencobanya dengan suatu penyakit atau musibah barulah ia merasakan kehinaan, kelemahan, teringat akan dosa-dosa, dan ketidakmampuannya di hadapan Allah Ta’ala, sehingga ia kembali kepada Allah dengan penyesalan, kepasrahan, memohon ampunan dan berdoa kepada-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri”. (QS. Al-An’aam : 42).

Sakit dan musibah merupakan pintu yang akan membukakan kesadaran seorang hamba bahwasanya ia sangat membutuhkan Allah Azza wa Jalla. Tidak sesaatpun melainkan ia butuh kepada-Nya, sehingga ia akan selalu tergantung kepada Robb-nya. Dan pada akhirnya ia akan senantiasa mengikhlaskan dan menyerahkan segala bentuk ibadah, doa, hidup dan matinya, hanyalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.


https://ihwansalafy.wordpress.com/2008/11/24/sakit-dan-musibah-adalah-penghapus-dosa-bagi-seorang-muslim/

Jodoh Tak Akan Tertukar


Jodoh Tak Akan Tertukar

Cerpen Karangan: Andromeda AL

Sejauh apapun terpisahkan, jika jodoh tetaplah jodoh. Akan selalu ada takdir yang mempertemukan. Tak pernah bisa mengelak, jika Allah yang berkehendak. Jodoh akan tetap bersatu. Karena tulang rusuk tak akan pernah tertukar.
Juli 2006

Berbeda dari biasanya. Malam minggu ini, Nana hanya berdiam diri di dalam kamar. Ini pertama kalinya ia tak diajak berkencan oleh kekasihnya, Aziz. Bahkan, lelaki itu tak ada kabar sejak pagi.

Hatinya resah menunggu. Kegalauan menimpa dirinya. Banyak pesan ia kirim ke nomor lelaki itu, tapi tak ada satu pun yang mendapat balasan darinya. Berulang kali ia meneleponnya, tapi tak ada jawaban.


Jam sudah menunjukkan pukul 23.00. Tapi, matanya tak jua bisa terpejam. Ia mengambil ponselnya. Lalu ia ketikkan pesan yang akan ia kirim ke nomor kekasihnya.

“Sayang, kamu kenapa? Jangan mendiamkanku seperti ini. Jika ada masalah, kita bicarakan baik-baik. Good night, sayangku. Tidur yang nyenyak ya!”

Send. Pesan itu terkirim. Ia kembali mencoba memejamkan matanya. Hatinya yang sudah sedikit damai, membuatnya bisa tertidur.

Sekolah masih sepi. Hanya ada beberapa siswa yang sudah datang. Nana berjalan di koridor sekolah dengan kepala menunduk. Ia tak mau orang lain melihat keadaan cukup aneh di matanya yang tertutup kacamata. Menangis semalaman hingga tertidur membuat matanya berkantong hitam. Meski ia mengenakan kacamata, kantong hitam di matanya tetap nampak.


“Na,” panggil sahabatnya, Vina begitu ia masuk ke dalam kelas.

Ia mendongakkan kepalanya. “Na, astaga Nana! Kau baik-baik saja kan?” Seru Vina -terkejut saat melihat matanya.

“Ya. Lebih baik dari kemarin,” ujarnya singkat.

Vina mengangkat alisnya -tak percaya.

“Bagaimana dengan matamu itu?” Tanya gadis itu khawatir.

“Mataku memang tak baik-baik saja. Tapi, percayalah! Ini jauh lebih baik dari kemarin,” jawab Nana sedikit sebal dengan pertanyaan sahabatnya.

“Baiklah. Apa kau ada masalah dengan kak Aziz?” Tanya sahabatnya pelan.

Oh no! Ya Tuhan! Mengapa nama lelaki itu diungkit-ungkit lagi?


“Aish! Aku sudah putus dengannya,” jawabnya ketus.

“Kok bisa?” Vina menatapnya tak percaya.

“Ya, bisalah! Orang idup aja bisa mati,” jawabnya asal.

Vina berdecak kesal mendengar jawabannya.

“Itu kan takdir!”

“Nah, yang ini juga takdir!” Serunya tak mau kalah.


Oktober 2013

Seorang gadis berjalan di trotoar, dengan jilbab putihnya yang berkibar tertiup angin. Ia baru saja pulang dari kantor tempatnya bekerja. Di tengah perjalanan, tiba-tiba handphonenya berdering.

My Mom is calling …!


Ia langsung menerima telepon dari ibunya.

“Ya, Ma? Apa? Sekarang? Nana masih di jalan nih, Ma. Tunggu sebentar lagi tak apa kan? Oke. Waalaikumsalam.”

Klik. Telepon dimatikan oleh ibunya. Ia mempercepat langkahnya, agar segera tiba di rumah. Mama memberitahu ada tamu yang memiliki sedikit urusan dengannya.


Tampak di halaman rumahnya ada sebuah mobil yang asing di matanya. Ia yakin itu adalah mobil tamu yang dikatakan Mama-nya di telepon.

“Assalamualaikum,” salamnya sebelum masuk.

Napasnya tercekat melihat tamu yang datang. Buru-buru ia masuk dan menaiki tangga -kabur menuju kamarnya. Tapi, terlambat. Mamanya sudah terlanjur menangkap basah kehadirannya.

“Waalaikum salam. Eh, Nana-nya udah datang. Gabung sini dulu, Na!” Panggil Mama-nya sambil melambaikan tangan.

Mau tak mau, ia mendekat dengan kepala tertunduk -malu melihat mereka.


“Na, kenalin ini Tante Intan, temennya Mama. Yang itu Om Reza, suaminya Tante Intan. Dan yang paling ganteng itu Aziz, anak pertama mereka,” Mama menunjuk tamunya satu persatu.

Ia menyalami Tante Intan, dan Om Reza. Lalu menangkupkan tangannya pada Aziz. Jangan tanya, Aziz ini adalah mantan pacarnya saat SMA dulu. Dan apa kata Mamanya tadi? Aziz yang paling ganteng? Hatinya tak bisa mengelak pernyataan itu. Ia akui, Aziz memang tampan.

“Saya Nana, Om, Tante,” ujarnya -memperkenalkan diri.

Ya, gadis itu adalah Nana. Ia sengaja tak menyebut Aziz saat memperkenalkan dirinya. Ia yakin, lelaki sudah mengenalnya.


Ia menoel-noel lengan Mamanya -memberi isyarat bahwa dirinya ingin segera pergi dari sana. Namun rupanya, kode itu tak bisa diartikan oleh sang Mama.

“Kau ini kenapa sih, Na? Dari tadi kok tak bisa diam. Malu dikit kek, sama tamu kita tuh,” Mama menatapnya bingung.

Ia menepuk dahinya.

‘Mama gagal paham.’ Ia membatin.


Dapat ia lihat, di seberang sana, bibir Aziz berkedut-kedut menahan tawa. Ia yakin lelaki itu sudah memperhatikan dirinya sejak tadi. Matanya melotot tajam menatap lelaki itu. Berhasil. Lelaki itu bungkam seketika. Bibirnya tak lagi berkedut. Ia kembali menatap Mamanya.

“Ma, Nana ke atas dulu ya!” Pamitnya lalu ngacir menaiki tangga -kabur- menuju kamarnya.

Mama beserta para tamu melongo dibuatnya. Kemudian, mereka kompak terkekeh geli melihat kelakuan anak gadis Azzalea.


Nana kembali dalam keadaan yang lebih segar dari sebelumnya. Pakaian kerjanya sudah berganti dengan gamis ungu, dengan jilbab yang senada. Ia kembali duduk di samping Mamanya. Sedangkan Papanya masih berada di Amerika.


“Baiklah. Untuk mempersingkat waktu, akan segera kami sampaikan tujuan kami bertamu pada kalian,” Om Reza menatap Nana dan Mamanya satu per satu. Lalu menatap anaknya sendiri yang tampak gugup.

“Sebelumnya, saya meminta maaf bila kedatangan saya beserta orangtua saya membuat Tante dan Nana terkejut.” Aziz menghela napasnya sebelum melanjutkan.

“Tujuan utama saya dan orangtua saya datang adalah untuk melamar anak gadis Tante Azza yang bernama Nasya Abira Zahida atau Nana,” Aziz sukses mengucapkan kalimat itu dalam satu tarikan napas.


Nana? Jangan tanya. Gadis itu sudah panas dingin di tempatnya. Jantungnya berdegup kencang. Tangannya meremas gamis yang ia kenakan. Kepalanya tertunduk. Keringat dingin mengucur di keningnya. Gugup melandanya.

“Saya serahkan semua keputusan pada anak saya,” ujar Mama lalu meraih tangannya dan menggenggamnya–memberi kekuatan -seolah mengerti kegugupan yang sedang melandanya.


Ia menarik napasnya dalam-dalam. Lalu menghembuskannya perlahan untuk mengurangi kegugupannya. Ia mengangkat kepalanya perlahan. Lalu kembali menunduk saat Aziz menatapnya.


“Bagaimana, nak?” Tanya Om Reza–meminta jawaban.


Ia kembali mengangkat kepalanya.

“Bismillah. Lamaran ini, tidak saya tolak.” Ujarnya tegas dan mantap.


Dapat ia lihat, semua orang -termasuk lelaki itu- sempat menahan napas mendengar kata ‘tidak’ terucap dari bibirnya. Namun detik berikutnya, mereka kompak bersyukur dan bernapas lega mendengar jawabannya.


September 2015

Tak terasa, sudah hampir dua tahun usia pernikahannya dengan Aziz. Hari ini, ia beserta suami dan anaknya, akan pindah ke rumah baru mereka. Rumah mereka sudah selesai dibangun sejak seminggu yang lalu. Tapi, mereka baru pindah hari ini, dikarenakan Mamanya yang masih ingin bersamanya lebih lama.


Ia membuka lemari bukunya. Mencari-cari buku yang penting untuk dibawa ke rumah baru. Namun, pandangannya tertuju pada sebuah amplop yang berada di bagian tersembunyi dalam lemarinya. Bagian yang hanya berisi dokumen-dokumen rahasia miliknya. Ia teringat, amplop ini berisi surat dari Aziz saat memutuskan hubungan mereka.


Ia membaca kembali surat dari lelaki itu. Sudut bibirnya terangkat saat membaca tiga paragraf terakhir yang ditulis suaminya.


“Jangan menangis. Aku tak suka ada air mata yang mengotori wajah cantikmu. Aku melepasmu bukan berarti aku tak mencintaimu. Tapi, karena aku terlampau mencintaimu, aku tak ingin cinta ini menyesatkan kita berdua.


Percayalah. Sejauh apapun terpisahkan, jika jodoh tetaplah jodoh. Akan selalu ada takdir yang mempertemukan. Tak pernah bisa mengelak, jika Allah yang berkehendak. Jodoh akan tetap bersatu. Karena tulang rusuk tak akan pernah tertukar.


Jika memang kau mencintaiku, maka bersabarlah. Jikalau Allah menghendaki pertemuan kita kembali, maka aku akan datang untuk melamarmu tujuh tahun lagi. Di saat aku telah memantaskan diri menjadi pendampingmu.”


Ia masukkan kembali surat itu ke dalam amplopnya. Lalu, ia masukkan ke dalam koper yang akan dibawanya ke rumah baru.


“Kau benar,” ujar Nana sambil menyandarkan kepala di dada suaminya. “Jodoh tetaplah jodoh. Karena tulang rusuk tak akan pernah tertukar,” lanjutnya mengulang kalimat dalam surat itu sambil menatap Aziz yang tersenyum manis padanya.

Lelaki itu mengecup keningnya. Sedangkan anak mereka sudah tertidur sejak tadi. Dan tentu saja, itu membuat Aziz bahagia, karena ia mempunyai waktu untuk berduaan bersama istri tercintanya.

“Ya. Dan aku katakan sekali lagi. Bukan aku yang memilihmu, tapi Allah memilihmu untuk aku cintai,” ujarnya sambil menatap wajah cantik istrinya tanpa merasa bosan.


“Aku sangat bersyukur ketika Allah memilihmu untuk menjadi imamku,” wajah istrinya terlihat berseri-seri ketika mengatakannya.

“Aku pun sangat bahagia dengan wanita shalihah pilihan-Nya,” wajahnya sendiri tak kalah berseri-seri dari wajah istrinya.


Kedua insan itu tersenyum dan bertatapan dengan tatapan penuh cinta, yang mengundang Allah untuk menurunkan rahmat-Nya kepada mereka.


sumber : cerpenmu.com

Tak Ada Anak Yang Terlahir Haram


Tak Ada Anak Yang Terlahir Haram

Cerpen Karangan: Rahmat Avrilieanto

Apa yang kau bayangkan ketika mendengar kalimat “Biola Tak Bertuan”, ya mungkin kau akan berfikir Biola yang tidak dirawat dan dibiarkan begitu saja. Ya benar itulah aku, Aku hidup di dunia ini tanpa seorang Ayah dan juga Ibu. Ibuku telah meninggal dunia ketika aku lahir, mungkin bisa dikatakan pertukaran hidup, Aku lahir ke dunia ini sedangkan Ibuku pergi meninggalkan dunia, Ayahku entah ke mana pergi begitu saja tidak bertanggung jawab hingga meninggalkan aku bersama sang nenek.

Kenalkan nama saya Lilis aku tinggal di sekitar Desa Padalarang! Sejak kecil Aku dirawat dan diberi kasih sayang oleh nenek dari Ibuku. Namun kini semuanya telah benar-benar berlalu ketika aku duduk di bangku II SD, nenek pergi meninggalkan dunia ini karena tertabrak oleh motor saat hendak pergi ke pasar.

Setiap malam ku selalu menangis merindukan keluarga-keluargaku yang perlahan-lahan pergi meninggalkan seorang diri dan sekarang aku hidup sebatangkara yang tak dipedulikan oleh pemerintah. Untungnya aku punya Bu Surti tetanggaku yang berbaik hati untuk memberi makan setiap harinya. Bu Surti sampai saat ini belum juga dikaruniai buah hati padahal sudah 10 tahun menikah bersama suaminya. Karena alasan itulah yang membuatnya dia ingin untuk menjadikan aku sebagai anak angkatnya.

Sekarang aku sudah duduk di kelas VI di salah satu SD di kecamatan Padalarang, kebetulan hari ini adalah hari Minggu jadi aku bisa bantu-bantu bu Surti untuk melakukan pekerjaan rumahnya.

“Lilis… Lilis…” panggil bu Surti dengan lembut
“Iya ibu ada apa?” jawab aku sambil menuju dapur
“Lilis! Ibu boleh minta tolong” pinta ibu
“Iya bu, tolong apa” jawab aku lagi
“Tolong belikan ibu telur, ibu mau buat nasi goreng untuk sarapan pagi ini! Bisa kan Lis?”
“Oh iya bu bisa! Ya udah, Lilis pamit ke warung ya”
“Iya sayang hati-hati ya” ucap bu Surti

SESAMPAI DI WARUNG…
“Bu, beli telur 1” kata aku
“Eh Lilis? ngapain kamu ke sini! Iih hush hush pergi, kamu itu anak haram ya Lis, jadi kamu gak boleh ngingjek kaki di warung ini! FAHAM?” Kata bu Atika yang punya warung
Aku mulai menangis “Bu Atika, aku bukan anak haram bu! Aku punya ayah dan juga Ibu, kenapa ibu jahat berkata seperti itu”
“Lilis? Asal kamu tahu kamu itu hasil dari perzinahan orangtuamu, Ibumu sudah mengandung kamu sebelum nikah” tegas Bu Atika yang membuatku sakit hati

Satpam kampung tiba-tiba menghampiri kami
“Eleuh-eleuh aya naon iyeu!” tanya mang Ujang satpam dikampung ini
“Bu, saya bukan anak haram bu! Tak ada di dunia ini anak haram” ucap aku sambil nangis
“Ah tetep aja, sekali haram ya haram”
Mendengar ucapan Bu Atika aku shock dan pingsan di tempat hingga dibawa ke rumah kembali, Mang Ujang telah bercerita semuanya kepada Bu Surti.

“Sayang kamu udah sadar” tanya bu Surti
“TIDAKKK, aku bukan anak haram” aku menjerit
“Lilis Lilis? Kamu kenapa” tanya ibu “Ibu aku bukan anak haram ibu” aku menangis
“Iya Lis! DI dunia ini tidak ada satupun yang terlahir haram, tidak ada kata anak haram, anak itu terlahir dengan suci! Yang haram adalah kedua orangtuamu telah melakukan zina! tapi sekarang kamu doakan saja Ibumu semoga dia tenang di Surganya ya Lilis sayang”

Tiba-tiba aku melihat seperti cahaya di langit-langit kamarku
“Ibu apakah itu ibu?” tanya ibu
“IBUUUUUU, ibu yang tenang ya di surga! Semoga Allah mengampuni dosa-dosa masa lalumu”
Cahaya itu menghampiriku
“Iya Lilis, kamu jika merindukan Ibu! Ibu akan senantiasa berada di sini, di hatimu!
Aku tersenyum

TAMAT

http://cerpenmu.com/cerpen-sedih/tak-ada-anak-yang-terlahir-haram.html